Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Kemitraan Kementan Belum Dirasakan Peternak

Program Kemitraan Kementan Belum Dirasakan Peternak Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (ASPSI) menilai program kemitraan yang difasilitasi Kementerian Pertanian antara pelaku usaha dan peternak sapi perah untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri belum terlalu dirasakan.

"Kalau kemitraan dalam arti melakukan promosi minum susu ke masyarakat mungkin sudah berjalan, tetapi kemitraan langsung dirasakan ke peternak, belum ada," kata Ketua APSPI Agus Warsito saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/8/2018).

Agus mengatakan bahwa seharusnya sejak Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2017 diberlakukan pada akhir 2017, Kementan dapat mendorong pelaku usaha atau Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk melakukan kemitraan dengan peternak dan koperasi.

Kemitraan tersebut dapat dilakukan dengan penambahan populasi sapi perah indukan, perbaikan sarana dan prasarana produksi, bantuan pinjaman lunak, hingga penyuluhan langsung ke peternak agar dapat meningkatkan kualitas dan produksi susu segar dalam negeri (SSDN). Namun, menurut Agus, kemitraan tersebut belum direalisasikan kepada petani.

Sejauh ini, kemitraan yang sudah berjalan adalah dalam bentuk promosi public awareness seperti memberi bantuan susu segar kepada anak sekolah dan masyarakat sebagai edukasi membiasakan minum susu.

Sementara itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian, Fini Murfiani, menyebutkan data terakhir tercatat sudah menerima pengajuan kemitraan dengan peternakan dari 118 perusahaan. Dari pengajuan kemitraan tersebut, terdapat 30 industri pengolahan susu (IPS) dan 88 importir.

Kemitraan ini dilakukan selain untuk meningkatkan produksi, juga meningkatkan penyerapan SSDN oleh para IPS. Pasalnya, SSDN hanya mampu memenuhi 20 persen kebutuhan susu nasional, sementara 80% dipenuhi lewat impor.

"Dalam cetak biru kemitraan, diharapkan tahun 2025 SSDN bisa berkontribusi 60%, sementara konsumsi meningkat sehingga diperlukan adanya kebersamaan oleh semua pelaku," kata Fini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: