Kemenkop-UKM Ajak Generasi Milenial Ikuti Program Wirausaha Pemula
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Meliadi Sembiring mengajak mahasiswa sebagai generasi milenial untuk mengikuti program Wirausaha Pemula yang digulirkan pemerintah sejak tiga tahun terakhir ini.
"Saya mengajak mahasiswa untuk mengikuti perlombaan ini, berlomba membuat proposal usahanya. Proposal yang disetujui akan mendapatkan dana bantuan untuk usahanya. Kami sudah bekerja sama dengan 10 perguruan tinggi," kata Meliadi, di Bogor, Rabu (5/9/2018).
Hal tersebut disampaikan Meliadi saat menjadi keynote speaker dalam seminar dan diskusi 'Koperasi Sektor Riil yang Berdaya Saing dalam Pembangunan yang Inklusif Menghadapi Tantangan Disparitas Ekonomi'. Seminar yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ini dihadiri para mahasiswa dan citivitas academica lain.
Ia menambahkan, Wirausaha Pemula ini untuk menumbuhkan kewirausahaan di generasi muda, khususnya mahasiswa. Dengan begitu, ketika mereka lulus, mindset-nya bukan lagi mencari pekerjaan, melainkan membuka lapangan pekerjaan.
"Saat masih kuliah waktunya dipakai untuk berpikir wirausaha. Ya memang harus sedini mungkin berwirausaha, harus diasah, yang lambat laun akan meningkatkan skalanya," ujarnya.
Menurutnya, di negara mana pun koperasi dan UMKM menjadi tulang punggung negara saat perekonomian dalam keadaan krisis. Dengan hadirnya wirausaha pemula, maka diharapkan semakin kuat perekonomian Indonesia.
"Pertumbuhan ekonomi kita di atas 5%, persoalannya apakah merata? Nah, koperasi dan UKM mengapa penting? Karena jumlahnya banyak, sehingga gini rasio bisa kita perbaiki. Karena kemiskinan akan menurun melalui pengembangan koperasi dan UMKM," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Sistem Informasi IPB Prof Dodik Ridho Nurrachmat meminta para mahasiswa ikut mengembangkan koperasi dan UMKM. Dan, menjadikan koperasi sebagai tempat bekerja yang tak kalah hebat dengan kerja di tempat lain.
"Mimpi saya, nanti mahasiswa membuka usaha dan tergabung dalam koperasi yang mempunyai efek wow. Jadi, ketika ada yang bertanya, kerja di mana dan dijawab koperasi, reaksinya pun wow. Kita harus jadikan koperasi benar-benar sebagai soko guru perekonomian kita," tuturnya.
Ia mengaku heran, mengapa koperasi yang menjadi soko guru kurang berkembang di negeri Pancasila? Justru koperasi lebih berkembang di negara liberal yang menerapkan ekonomi kapitalis.
"Di negara kita yang katanya koperasi menjadi sistem perekonomian yang ideal, tapi kok jarang berkembang. Kalau pun ada yang berkembang, tetapi tidak sebesar koperasi di negara-negara kapitalis seperti koperasi di Kanada, Swiss, Jerman," ujarnya.
Menyadari pentingnya koperasi bagi kelangsungan hidup bangsa, IPB merencanakan membuka Pusat Studi Koperasi dan UKM. Ini sebagai bentuk keberpihakan IPB pada sektor koperasi dan UMKM.
Pusat studi ini, selain melakukan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia, juga melakukan pendampingan koperasi dan UMKM. Seluruh fakultas akan terlibat dalam pendampingannya.
Secara teknis, semua fakultas membentuk mitra binaan yang disesuaikan dengan fakultas masing-masing. Misalnya Fakultas Pertanian bermitra dengan petani.
Jika ada mahasiswa yang ingin belajar berwirausaha atau belajar mendampingi pelaku usaha mikro, bisa mendatangi pusat studi ini. Keberadaan pusat studi ini diharapkan membuat citra koperasi dan UMKM menjadi lebih baik.
"Koperasi itu zamannya bukan lagi bersaing, tapi bersanding. Dan koperasi ini konsepnya ya bersanding," tuturnya.
Sesmenkop Meliadi Sembiring menyambut dan menilai baik rencana pembentukan Pusat Studi Koperasi dan UKM ini. Dengan pusat studi ini, segala permasalahan mengenai koperasi dan UKM dapat dicarikan solusi. Tidak hanya di Bogor, tapi juga secara nasional.
"Jika di kampus bisa memberikan tempat, ruang, dan usaha, tidak saja kepada mahasiswa, tapi masyarakat secara luas, jelas akan memperbanyak wirausaha baru dan koperasi yang berkualitas," tegasnya.
Pihaknya, kata Meliadi, siap mendukung dan memfasilitasi kegiatan yang nantinya diadakan pusat studi ini. Bahkan, bekerja sama dalam bentuk apa pun. Terlebih pusat studi ini sangat penting untuk masa depan dan rate kewirausahaan harus diperbanyak.
"Kalau bisa lebih cepat dilaksanakan karena potensi ekonomi di dalamnya sangat besar. Bagaimana sektor pertanian bisa sampai ke kota yang dirasakan nilai tambahnya di pedesaan. Bagaimana juga mengubah mindset milenial tentang koperasi, begitu juga bonus domestik. Dan ini harus diantisipasi jauh-jauh hari. Ini menjadi tantangan yang bisa dijawab oleh Pusat Studi ini," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: