Hasil pantauan di seputar Kota Palu, Minggu (30/9/2018) pagi, menunjukkan aktivitas ratusan warga terdampak gempa berada di stasiun-stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan terpaksa mengambil Bahan Bakar Minyak (BBM) karena sangat membutuhkan untuk keperluan mobilisasi dan transportasi.
Kepala LKBN Antara Biro Sulawesi Tengah, Rolex Malaha via telepon melaporkan bahwa sejak Sabtu malam, atau pada malam kedua setelah gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter yang berpusat di Kabupaten Donggala, puluhan kilometer dari Kota Palu, ibukota Sulawesi Tengah, masyarakat kian sulit mendapatkan pasokan listrik dan BBM, dan berbagai kesulitan dalam mendapatkan logistik.
Para warga yang mengambil BBM di SPBU-SPBU menuturkan terpaksa karena SPBU tak ada yang beroperasi, lantaran tak ada pasokan listrik.
Selain itu, kebutuhan BBM sangat tinggi, sehingga terpaksa warga berinisiatif mengambil BBM dari SPBU-SPBU dengan cara membongkar tempat penyimpanan BBM dan menyedot secara manual dengan selang-selang.
Para warga membawa jerigen sebagai tempat dari BBM yang mereka ambil dari berbagai SPBU.
Kondisi di SPBU di Jalan Moh Yamin atau tak jauh dari Posko Satgas Khusus Penanggulangan Bencana yang berada di halaman kediaman dinas Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, misalnya, banyak warga mengantre untuk mengambil BBM dari SPBU itu.
Pemandangan yang sama terlihat di berbagai SPBU di Kota Palu. Situasi warga masyarakat yang tampak ingin cepat-cepat mendapatkan BBM dan kondisi bak penampungan BBM yang terbuka terlihat sangat berisiko bila ada percikan api, akan mengundang bahaya kebakaran.
Rolex melaporkan, dalam perbincangannya dengan Gubernur Sulteng Longki Djanggola dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei bahwa saat ini memang sangat dibutuhkan BBM untuk mobilisasi berbagai kendaraan dan peralatan operasional.
Misalnya petugas Basarnas perlu menyusuri seluruh wilayah yang terdampak gempa di Palu dan Donggala dan memberikan berbagai bantuan dan evakuasi korban.
Selain itu, masyarakat juga membutuhkan pasokan bahan makanan dan minuman. Kondisi yang amat terbatas dan belum adanya kelancaran dalam pasokan bahan makanan dan minuman serta toko-toko banyak yang belum buka, membuat sebagian warga juga terpaksa mengambil berbagai bahan makanan dan minuman dari toko-toko serba ada.
Gubernur menyebutkan saat ini terdapat sekitar 14.300 orang di Kelurahan Kawatuna yang mengungsi dan tersebar di 60 titik lokasi pengungsian, seperti di kantor Gubernur, kantor Wali Kota, halaman bandara, lapangan-lapangan, berbagai tempat ibadah.
Disebutkan pula bahwa warga masyarakat masih trauma setelah gempa dahsyat mengguncang di daerah itu dan hingga kini masih terjadi serentetan gempa susulan, meskipun dengan guncangan yang relatif kecil tetapi tetap terasa.
Kondisi itu juga membuat warga masyarakat masih berpindah-pindah dari tempat tinggalnya yang sudah rusak terdampak gempa ke tempat-tempat pengungsian.
Rolex Malaha juga melaporkan bahwa banyak jaringan telekomunikasi yang masih terganggu.
"Signal jaringan banyak yang mati, dan baru ada di sebagian kecil tempat seperti di Posko Satgas Bencana," katanya.
Rolex juga menuturkan, belum ada kontak dengan rekan-rekan dan keluarga rekan di LKBN Antara Biro Sulawesi Tengah.
"Sesaat sebelum kejadian gempa, saya mendapat kabar dari wartawan Adha Nadjemudin bahwa istrinya akan keluar dari rumah sakit setelah sekian lama dirawat, tetapi kemudian terjadi gempa, hingga saat ini belum ada kontak lagi," katanya sembari menambahkan bahwa kampung halaman Adha berada di Donggala utara yang merupakan wilayah pusat gempa.
Rolex dan keluarganya masih mengungsi di Kelurahan Kawatuna.
Tingkat kerusakan yang terjadi di Kabupaten Donggala dan Sigi parah, namun belum ada laporan mengenai korban dan tingkat kerusakan karena hambatan jaringan komunikasi.
Karena itu prioritas utama satgas saat ini adalah pencarian dan penyelamatan serta penanganan pengungsi. Cukup sulit, kata Wilem, untuk memenuhi makanan siap saji dari Kota Palu untuk para pengungsi, sehingga harus mendatangkan ribuan dus makanan dari Surabaya, Jawa Timur.
Jenazah korban masih disimpan di rumah-rumah sakit dan sebagian sudah dijemput oleh keluarganya. Menurut Wilem, korban tewas pasti masih bertambah karena banyak reruntuhan gedung, seperti hotel-hotel besar, ruko, gudang, perumahan dan lain belum bisa disentuh pencarian.
"Kami kesulitan mengerahkan alat-alat berat untuk mencari korban di bawah reruntuhan gedung karena jalur jalan menuju Kota Palu banyak yang rusak," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: