Maraknya baja impor, khususnya dari China dan Vietnam, masih menjadi tantangan industri baja domestik. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah bertekad untuk melindungi pasar industri baja di dalam negeri dari serbuan produk impor seiring dengan peningkatan kapasitas produksi di tingkat global.
Menurut Ketua Umum Partai Golkar itu diperlukan upaya sinkronisasi kebijakan yang berpihak kepada industri baja nasional mengingat potensi pasar domestik yang masih prospektif ke depannya.
”Industri baja di Indonesia semakin memperkuat struktur manufakturnya, karena tidak hanya memasok untuk sektor konstruksi, tetapi kini sudah mampu memenuhi kebutuhan sektor manufaktur lainnya seperti industri otomotif. Langkah ini diyakini dapat mendorong industri baja domestik menjadi sektor yang diperhitungkan di kancah dunia melalui kemampuan teknologi dan kualitas produknya yang bersaing,” Kata Airlangga di Jakarta, Sabtu (20/10/2018)
Direktur Industri Logam Kemenperin Doddy Rahadi menambahkan saat ini total produksi baja kasar seperti slab dan billet mencapai 7,8 juta ton pada 2017, sementara jumlah konsumsi nasional sebanyak 13,6 juta ton.
"Saat ini, pemerintah sedang gencar membangun berbagai fasilitas seperti jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan, bandara, dan berbagai proyek infrastruktur lain di seluruh Indonesia," tambahnya.
Untuk itu,lanjut dia masih tersedia banyak peluang bagi industri baja nasional untuk mengisi kebutuhan tersebut. Apalagi, sektor manufaktur pengguna baja sedang tumbuh, seperti industri otomotif."Ada juga sektor lain yang memerlukan baja sebagai bahan baku, di antaranya industri perkapalan, alat berat, dan migas," imbuhnya.
Doddy menegaskan, pemerintah terus berusaha menciptakan iklim usaha yang kondusif agar dapat menarik investasi baru dan mendorong industri baja yang sudah ada terus melakukan ekspansi.
“Kami juga sedang mengakselerasi pembangunan klaster industri baja di Cilegon, Banten yang ditargetkan bisa memproduksi hingga 10 juta ton baja pada 2025," ungkapnya. Selain itu, pihaknya tengah mempercepat pembangunan klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh