Kinerja perdagangan luar negeri bulan lalu seperti antiklimkas. Alih-alih melanjutkan kinerja baik pada September 2018, kegiatan ekspor bulan lalu membuat neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak defisit sebesar US$1,82 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit dipicu oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing–masing sebesar US$1,43 miliar dan US$0,39 miliar. Adapun total ekspor Indonesia selama bulan lalu sebesar US$15,80 miliar dan total impor US$17,62 miliar.
"Sepanjang tahun ini, kita baru mengalami surplus tiga kali, yakni pada Maret, Juni, dan September. Sisanya defisit," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif Januari-Oktober 2018, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat defisit US$5,51 miliar.
"Defisit (US$5,51 miliar), penyebabnya migas yang defisit US$10,7 miliar, tetapi nonmigasnya masih surplus," tambahnya.
Sementara itu, nilai ekspor Oktober 2018 tercatat sebesar US$15,80 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 5,87% dibandingkan ekspor September 2018 yang sebesar US$14,83 miliar. Demikian juga dibanding Oktober 2017, meningkat 3,59% (US$12,74 miliar).
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Oktober 2018 mencapai US$150,88 miliar atau meningkat 8,84% dibanding periode yang sama pada 2017. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$136,65 miliar atau meningkat 8,73%.
"Ekspor yang menggerakkan selama Januari-Oktober 2018, yakni tambang dengan 27,46%. Namun sektor pertanian perlu mendapat perhatian yang mengalami penurunan 8,46%," tambahnya.
Untuk nilai impor nasional, pada Oktober 2018 mencetak sebesar US$17,62 miliar atau naik 20,60% dibanding impor pada September 2018 sebesar US$14,60 miliar. Jika dibandingkan Oktober 2017, juga meningkat 23,66% atau sebesar US$14,19 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: