Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setelah Black Out 34 Jam, Suplai Listrik Se-Sulbagsel Pulih 100%

Setelah Black Out 34 Jam, Suplai Listrik Se-Sulbagsel Pulih 100% Petugas PLN. | Kredit Foto: Vicky Fadil
Warta Ekonomi, Palu -

Suplai listrik ke seluruh wilayah Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) berhasil pulih 100% pada Sabtu dinihari (17/11/2018), setelah mengalami padam total (black out) selama sekitar 34 jam.

"Alhamdulillah, pada pukul 00.44 dini hari tadi, semua sudah pulih 100%," kata General Manager Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat, Bambang Yusuf, yang dihubungi melalui telepon seluler di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (17/11/2018).

Listrik pada sistem Sulbagsel yang meliputi wilayah Sulsel, Sulbar, dan Sulteng, padam total pada Kamis (15/11/2018) sekitar 15.21 WITA.

Hal ini disebabkan jaringan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) antara Kota Palopo dan Makale, Sulsel, disambar petir. Akibatnya seluruh pembangkit tiba-tiba padam serentak hanya dalam hitungan detik.

Persoalannya, kata Bambang, upaya untuk menghidupkan kembali pembangkit-pembangkit tersebut hingga daya yang dihasilkannya masuk kembali ke sistem secara tersinkronisasi, membutuhkan waktu minimal delapan jam per pembangkit dan tidak bisa dilaksanakan secara serentak.

Ia menjelaskan bahwa sistem kelistrikan Sulbagsel sebenarnya sudah memenuhi kriteri N-1 dalam penyediaan daya listrik, artinya surplus daya yang tersedia lebih besar dari kapasitas salah satu pembangkit terbesar di seluruh sistem.

Menurut dia, daya terpasang sistem kelistrikan Sulbagsel saat ini mencapai 1.500 MW, sedangkan beban puncak 1.100 MW, yang berarti surplus daya mencapai 400 MW. Pembangkit paling besar di wilayah ini berkapasitas 200 MW.

"Hanya karena kejadian ini sangat tiba-tiba, maka dalam waktu hampir bersamaan, sambaran petir pada SUTT itu menyebabkan seluruh pembangkit mengalami padam serentak," ujarnya.

Ia mengatakan peristiwa "black out" seperti ini jarang terjadi. Pada tahun 2018 ini misalnya, baru kali ini terjadi. Kebetulan wilayah Palopo dan Tana Toraja sedang dilanda musim hujan disertai angin dan petir, dan ini berdampak pada saluran distribusi listrik, katanya menambahkan.

Ditanya soal kerugian PLN akibat "black out" selama puluhan jam itu, Bambang tidak merinci, kecuali menyebutkan bahwa kerugian muncul dari tidak terjualnya jutaan watt listrik selama pemadaman berjalan.

Di samping itu PLN juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menormalisasi suplai listrik.

Khusus di Kota Palu, PLN Area Palu sampai saat ini masih memberlakukan pemadaman bergilir di wilayah Palu, Sigi, Donggala dan Porigi Moutong yang diperkirakan berlangsung sampai Senin, 19 November 2018 karena masih dalam proses sinkronisasi pasokan daya dari PLTA Poso.

Atas nama PLN, Bambang meminta maaf kepada seluruh masyarakat yang aktivitas, bisnis/usaha, dan kenyamanannya terganggu akibat pemadaman listrik total tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: