Pengembangan kopi Arabika di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, terkendala luas lahan sehingga belum mampu memenuhi tingginya permintaan pasar.
"Saat ini total lahan yang ditanami kopi Arabika mencapai 6.900 hektare di tiga kecamatan dan Pemerintah Kabupaten Solok mendapatkan pinjam pakai dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup seluas 2.700 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Admaizon di Padang, Jumat.
Menurut dia, tiga kecamatan yang bisa ditanami kopi Arabika Solok meliputi Danau Kembar, Lembah Gumanti, dan Pantai Cermin dengan produktivitas mencapai 600 kilogram per hektare dalam bentuk biji kering.
Selain itu kendala yang perlu diatasi adalah pengolahan pascapanen karena selama ini petani cenderung menjual dalam bentuk gelondongan sehingga harganya murah, ujar dia.
Ia menyebutkan saat ini terdapat lebih kurang 2.706 petani kopi tergabung dalam 200 kelompok tani serta tiga koperasi. "Kalau untuk pasar tidak ada kendala, termasuk bibit saat ini sedang dikembangkan bibit jenis Sigagar Utang," ujarnya.
Admaizon menambahkan jika petani sudah mampu melakukan pengolahan pascapanen dan mengemas kopi siap disajikan harga akan lebih mahal.
"Saat ini harga biji kopi kering mencapai sekitar Rp120 ribu per kilogram untuk jenis Arabika," katanya.
Sebelumnya Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Sumatera Barat Zirma Yusri menyampaikan Kkopi solok radjo jenis arabika mempunyai kualitas baik dan mampu menembus pasar Amerika Serikat.
Pasar untuk produk kopi itu, katanya, tersedia melalui beberapa pameran yang diikuti di beberapa negara untuk memperkenalkan kopi Solok Radjo ke dunia internasional. Selain itu ulasan dari Q grader atau penilai kopi, juga sangat membantu pengenalan produk itu pada pecinta kopi. Zirma mengatakan kopi ini memiliki aroma dan rasa yang khas. Ada rasa asam yang segar dan terselip rasa manis.
Selain itu samar-samar juga tercium harum rempah. Rasa dan aroma yang khas itu mebuat kopi ini semakin disukai pecinta kopi, tidak saja di Sumbar tetapi juga di Indonesia bahkan di dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: