Kesiapan dunia pendidikan politeknik dalam memajukan industri 4.0 ditegaskan melalui kegiatan Polytexpo 2018 International Polytechnic Conference and Exhibition, yang berlangsung di Politeknik Negeri Malang pada 3-4 Desember 2018 lalu.
Direktur Pembelajaran, Paristiyanti Nurwardani mengatakan, "Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi melalui Polytechnic Education Development Project (PEDP), yang didukung Asian Development Bank dan Pemerintah Kanada, selama lima tahun terakhir ini fokus pada peningkatan kualitas keluaran pendidikan politeknik dan relevansinya dengan kebutuhan pasar kerja. Terutama untuk memenuhi tuntutan industri 4.0 yang berbasis teknologi digital, khususnya yang terkait dengan ekonomi kreatif."
Indonesia diprediksi akan membutuhkan sedikitnya 113 juta pekerja terampil pada 2030, yang saat ini tersedia sebanyak 55 juta orang, agar mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi di sejumlah sektor prioritas. PEDP dibentuk untuk memperkuat kualitas institusi politeknik dan lulusannya, khususnya dalam mendorong sektor manufaktur, infrastruktur, pertanian, energi, dan pariwisata.
Demi mencapai tujuan tersebut, PEDP melakukan upaya penyempurnaan kurikulum yang mengacu pada kerangka kualifikasi nasional Indonesia. Prosesnya dimulai dari studi pelacakan (tracer study), penentuan profil lulusan, penetapan bahan kajian, penyusunan distribusi mata kuliah, dan penyusunan perangkat pembelajaran, serta instrumen evaluasi untuk dapat menentukan hasil pembelajaran, seperti yang diharapkan pengguna jasa.
Proyek ini diimplementasikan melalui dua mekanisme hibah, yaitu hibah penugasan kepada 13 politeknik negeri melalui beberapa kriteria yang ditetapkan dan hibah kompetisi kepada 27 politeknik negeri dan swasta (di antaranya terpilih enam politeknik swasta).
"Hasil akhir yang dituju dari strategi PEDP adalah meningkatnya mutu dan relevansi sistem pendidikan politeknik, meningkatnya akses dan kesetaraan kesempatan untuk masuk ke dalam pendidikan politeknik, meningkatnya keterlibatan sektor swasta dalam memperbaiki daya saing lulusan dan terwujudnya perbaikan tata kelola pendidikan politeknik," imbuh Paristiyanti.
Beberapa capaian PEDP antara lain meningkatnya kemampuan dan keterampilan staf pengajar dan teknisi, bertambah lengkapnya peralatan laboratorium dengan teknologi terkini, juga kurikulum serta materi ajar yang telah disempurnakan dan lebih sesuai dengan tuntutan industri saat ini.
Selain itu, di hampir semua politeknik penerima bantuan PEDP kini telah didirikan Lembaga Sertiflkasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk membekali lulusannya dengan sertifikasi keahlian yang diperlukan. Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) juga disiapkan untuk memberikan pengakuan terhadap capaian pembelajaran seseorang, baik itu melalui pendidikan formal, nonformal maupun informal, sehingga dapat melanjutkan pendidikan atau menerima sertifikasi di jenjang yang setara dengan pengalamannya.
Tidak hanya itu, setiap politeknik didorong agar mempunyai keunggulan yang spesifik sesuai dengan kondisi setempat dan kapasitas sumber dayanya melalui Pusat Unggulan Teknologi (PUT). PUT ini dapat berupa pusat kegiatan penelitian terapan, pusat pelatihan, teaching factory, atau dalam bentuk lain, di mana proses pembelajaran mahasiswa terintegrasi di dalamnya, sehingga diharapkan bisa menumbuhkan semangat kewirausahaan dalam institusi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: