Jutaan pengguna layanan bike-sharing Ofo di China menuntut perusahaan untuk mengembalikan deposito mereka, seperti yang dilaporkan Reuters pada Selasa (25/12/2018). Bahkan, pendiri perusahaan mengaku sedang memikirkan risiko bangkrutnya startup asal China itu.
Padahal, belum lama ini Ofo berekspansi ke luar negeri setelah menghimpun miliaran dana dari berbagai investor, antara lain Alibaba Group Holding Ltd dan Didi Chuxing. Nasib Ofo menjadi peringatan bagi investor teknologi China yang telah menanamkan modal puluhan miliar dolar ke dalam bisnis dengan potensi kerugian, seperti bike-sharing, ride-hailing, dan pengiriman makanan.
Pendiri perusahaan bike-sharing 3Vbike (sudah bangkrut), Wu Shengshua mengatakan, "Saat ini bisnis bike-sharing adalah ide paling konyol, tetapi otak-otak pintar di China malah menanamkan modal yang besar di sektor itu."
Namun, perebutan pangsa pasar antara Ofo dan kompetitor mengubah tujuan mereka, dari popularitas menjadi keuntungan. Kelangsungan bisnis Ofo pun terancam dengan adanya jatuh tempo utang kepada penyedia modal, sedangkan permintaan pengguna terhadap deposito meningkat.
Pendiri startup teknologi Metaapp.cn sekaligus mantan karyawan Mobike, Maxwell Zhou berujar, "Bike-sharing adalah bisnis yang sangat rumit, semua keuntungan habis karena persaingan. Bila dianalogikan, bisnis bike-sharing serupa dengan email. Ia (bike-sharing) memiliki banyak manfaat bagi pengguna, tetapi tidak menghasilkan profit untuk penyedia layanan."
Di masa kejayaannya, sepeda tanpa dok itu dapat diambil dengan memindai kode QR. Awalnya hanya tersedia di kampus-kampus Beijing, tetapi akhirnya menjadi ikon kaum muda hingga perusahaan mencapai valuasi sebesar US$2 miliar.
Banyak sepeda dari Ofo dapat ditemukan di setiap sudut jalan kota, begitu pula dengan saingannya, Mobike. Bintang-bintang pop terkenal pun kerap muncul di iklan Ofo
Lusinan saingan yang lebih kecil hadir selama 2 tahun terakhir, meskipun tak bertahan lama. Hanya pemain besar, seperti Ofo, Hellobike, dan Mobike sebagai pemain utama di sektor bike-sharing.
Ekspansi Global
Ketika sedang berjaya, armada sepeda Ofo tersebar ke lebih dari 29 negara, dari Perancis, Australia, hingga Amerika Serikat. Namun, menurut orang dalam perusahaan, mereka mencoba tumbuh terlalu cepat. Sementara ada banyak rintangan yang harus diatasi, mulai dari peraturan lalu lintas, vandalisme, serta peningkatan biaya.
"Dalam retrospeksi tentu saja ada masalah dengan manajemen, dan kami berkembang terlalu cepat," ujar mantan eksekutif Ofo yang menangani ekspansi internasional yang meminta agar namanya tidak disebutkan.
Perusahaan itu telah menarik diri dari beberapa pasar, seperti Israel, Jerman, dan Amerika Serikat. Mereka juga dipaksa menjual aset, termasuk beberapa armada sepeda dengan harga US$2.
Perusahaan telah menarik diri dari pasar seperti Israel, Jerman, dan Amerika Serikat, dan telah dipaksa untuk menjual aset, termasuk beberapa sepeda hanya dengan US$2, kata orang itu. Sementara, pihak Ofo dan Alibaba tidak menanggapi berita tersebut.
Mantan eksekutif itu juga mengungkapkan kegagalan ekspansi ke Jepang ketika mereka mencoba menjalin kemitraan dengan SoftBank Group Corp. Rencana tersebut gagal karena diskusi pengambilalihan Ofo oleh Didi Chuxing yang didukung SoftBank berakhir buruk.
"Kami kehilangan banyak uang, dan sekarang sepeda-sepeda itu tergeletak di gudang. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan menumpuk," ujar mantan eksekutif itu lagi.
Pihak Didi Chuxing tak ingin memberikan komentar, tetapi mereka menyatakan tak pernah berniat membeli Ofo dan berjanji untuk terus mendukung "pengembangan independen" perusahaan bike-sharing itu di masa depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti