Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Revolusi Senyap Metranet Hadirkan Inrate

Revolusi Senyap Metranet Hadirkan Inrate Metranet meluncurkan platform Metranet di Jakarta. | Kredit Foto: Inrate
Warta Ekonomi, Jakarta -

Raut wajah Didik Budi Santoso sumringah saat meluncurkan platform rating televisi, Inrate. Ia optimis platform anyar tersebut akan merevolusi industri rating TV di Indonesia.

Banyak yang tak menyangka Metranet bakal masuk ke industri pengukuran kepemirsaan televisi. Anak perusahaan Telkom yang dibentuk pada tahun 2009 ini memang senang bermain-main dengan hal baru. Mereka doyan melakukan inovasi teknologi dan inisiatif bisnis seperti konten selular, perdagangan online, dan penerbit permainan jejaring sosial. Teranyar, perusahaan penyedia layanan big data ini meluncurkan Inrate dengan mengambil momen tutup tahun 2018.

Direktur Bisnis dan Operasional Metranet, Didik Budi Santoso, mengatakan kehadiran Inrate bakal mengubah wajah industri rating TV di Indonesia. Hal itu karena Inrate menggunakan pendekatan teknologi informasi (TI) terkini dalam melakukan pengolahan dan penyajian hasil data.

Misalnya, hasil data disajikan dalam tampilan dashboard pada web aplikasi yang user friendly. Dalam dashboard tersebut, pengguna dapat mengakses informasi terkini karena data terus-menerus diperbaharui secara real time.

"Kami berharap kehadiran Inrate dapat menjadi solusi bagi industri iklan di Indonesia," katanya di Jakarta, belum lama ini.

Dijelaskan, Inrate memonitor seluruh tayangan televisi di Indonesia baik yang berbayar maupun free to air (FTA). Data analisis alat pengukuran kepemirsaan televisi buatan lokal ini diambil dari populasi 2,1 juta pelanggan UseeTV yang tersebar di 438 kota dan 34 provinsi se-Indonesia. Adapun, Inrate merupakan hasil kerja sama Metranet dengan CGI yang merupakan lembaga penyedia data video dan rate card serta PT Fusi yang bergerak di industri internet of things.

CEO Inrate, Hartana, mengatakan konsorsium Inrate menghasilkan perhitungan rating berdasarkan pemirsa UseeTV dengan profiling helix persona yang didapatkan dari lembaga penelitian Roy Morgan dan smartprofile yang dihasilkan dari kapabilitas big data Metranet.

Baca Juga: Ramai-Ramai Meragukan Data Nielsen

"Poin yang membedakan Inrate dari kompetitor adalah kami memiliki pelanggan, data digital, dan mengelola big data analytics. Karena menggunakan pendekatan big data, kami lebih presisi dalam memberikan insight kepada pengguna," ujarnya.

Kekuatan Big Data

Metranet sangat sadar memiliki kekuatan di big data dan mereka fokus menggenjot hal tersebut untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk Inrate. Dengan memanfaatkan big data dan analitik, pengguna Inrate bisa memahami perilaku pelanggan, membuat proyeksi, hingga menciptakan peluang bisnis.

Memang, saat ini kebutuhan terhadap pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dengan menggunakan pendekatan big data analytics semakin besar. Hal tersebut juga didorong penggunaan internet of things (IoT) yang menuntut akses lebih cepat.

Didik Santoso menjelaskan hasil penelitian Inrate dapat digunakan sebagai basis informasi pemetaan preferensi dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pemetaan perilaku konsumen dapat digunakan pemerintah sebagai masukan untuk stakeholder industri pertelevisian dalam menyajikan tayangan yang memiliki kualitas tinggi.

"Kehadiran Inrate di pasar Indonesia meramaikan industri rating, memberikan pilihan alternatif rating TV yang mencakup semua segmen, psychographics, dan merepresentasikan mayoritas populasi di Indonesia," tegasnya.

Saat ini beberapa fitur unggulan Inrate seperti dashboard FTA dan PayTV, smart profiling dan helix persona, analisis penonton, perpindahan channel, serta perencanaan media. Selain itu, Inrate menyediakan layanan akses web online selama 24/7, jadwal pelatihan regular, serta buletin triwulan.

Berdasarkan studi internal Metranet, ia menjelaskan Inrate telah berhasil menaikkan tingkat okupansi iklan pada USeeTV selama periode tahun 2017-2018 dari 7% menjadi 15%. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang menggembirakan. Apalagi, total belanja iklan di Indonesia diprediksi akan meningkat jadi sebesar US$13,7 miliar pada tahun 2021 mendatang atau naik sekitar 63,1% apabila dibandingkan dengan belanja iklan pada tahun 2016 yang senilai US$8,4 miliar.

"Kami mengharapkan Inrate dapat digunakan oleh praktisi televisi, agensi periklanan, dan pemilik merek untuk membuat strategi bisnis yang terbaik," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: