Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, beroperasi normal setelah sebelumnya Gunung Agung di Kabupaten Karangasem meletus sekitar 3 menit lebih pada pukul 04.09 Wita.
"Operasional penerbangan masih aman dan tidak terpengaruh letusan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Arie Ahsanurrohim di Denpasar, Minggu (30/12/2018).
Menurut Arie, tidak ada jadwal penerbangan yang terganggu atau penerbangan yang dibatalkan, setelah erupsi yang terjadi selama sekitar 3 menit itu. Bandara I Gusti Ngurah Rai berada di selatan Bali dengan jarak sekitar 75 kilometer jalan darat menuju kawasan Gunung Agung. PVMBG menyebutkan berdasarkan informasi satelit, abu vulkanik bergerak ke arah tenggara dengan ketinggian abu vulkanik mencapai 5.500 meter di atas permukaan laut, setelah beberapa bulan menunjukkan kondisi yang tenang.
Hujan abu tipis dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Karangasem di sektor tenggara Gunung Agung, seperti di Kota Amlapura dan di Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah, dan Desa Tenggalinggah.
Akumulasi gas Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan letusan Gunung Agung terjadi akibat akumulasi gas vulkanik, meski sebelumnya tidak teramati peningkatan intensitas kegempaan yang signifikan.
"Pada saat erupsi, teramati sinar api di area puncak kawah namun ketinggian kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana dihubungi dari Denpasar.
Devy menambahkan rentetan gempa bumi tektonik di sekitar Pulau Lombok beberapa waktu lalu mempengaruhi aktivitas Gunung Agung karena getarannya berperan dalam pelepasan gas-gas vulkanik yang dimanifestasikan di permukaan dalam bentuk hembusan.
"Pada kondisi ini, akumulasi gas di kedalaman menjadi terganggu sehingga potensi erupsi justru berkurang. Selama periode aftershocks Gempa Lombok, Gunung Agung pun tidak mengalami erupsi," kata Devy dalam keterangannya.
Namun seiring dengan berkurangnya gempa tektonik, akumulasi gas-gas vulkanik di Gunung Agung menjadi memungkinkan dan dalam satu bulan terakhir, gempa yang terekam didominasi gempa hembusan, tektonik, dan beberapa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.
Berdasarkan analisis data Gunung Agung secara menyeluruh, potensi untuk terjadinya erupsi yang lebih besar masih relatif kecil dan erupsi yang mungkin terjadi saat ini dapat berupa lontaran material batu atau lava pijar, hujan abu maupun hembusan gas-gas vulkanik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: