Menilik Lebih dalam Kebutuhan Pengguna Pembayaran Digital di Indonesia
Kehadiran berbagai platform pembayaran digital di Indonesia beberapa waktu belakangan ini menjadi potensi untuk meningkatkan inklusi keuangan Indonesia yang ditargetkan mencapai angka 65%. Bahkan, menurut Bank Indonesia, transaksi nontunai naik sebesar 24% pada 2018. Sebenarnya, bagaimana pertumbuhan tersebut bisa terjadi dan faktor apa saja yang mendukungnya?
Platform survei online JakPat melakukan riset terhadap 1.625 pengguna layanan pembayaran digital pada akhir Oktober 2018 silam. Riset itu memuat faktor-faktor yang mendorong masyarakat menggunakan layanan pembayaran digital. Selain itu, terungkap pula para pemain yang memimpin pasar pembayaran digital Indonesia.
Simak Full Report: Indonesia Mobile Payment Trend of 2018 – Survey Report
Berdasarkan riset tersebut, 65% responden menggunakan pembayaran digital ketika ada program promosi. Sementara, responden lain akan memakai layanan pembayaran digital saat: tidak membawa uang ataupun kartu kredit/debit (60,2%), hampir setiap waktu (42,7%), dan merasa transaksi nontunai lebih baik daripada tunai (24,5%).
Adapun, bentuk promosi yang paling berpengaruh terhadap penggunaan pembayaran digital, antara lain: potongan harga (76,7%) dan cashback (69,7%). Angka tersebut menunjukkan, pengguna lebih tertarik terhadap promosi karena dinilai dapat menghemat saldo mereka. Namun, beberapa responden juga tertarik pada promo: produk gratis (41,2%), bonus pengisian saldo lewat ponsel (24,9%), hadiah (22,9%), poin tambahan (22,5%), dan lain-lain (0,5%).
Baik pengguna perempuan maupun laki-laki menerima informasi promosi tersebut lewat akun resmi, tetapi angka penetrasi pada responden perempuan lebih tinggi (68,3%) dibanding dengan laki-laki (66,2%). Kemudian, sumber informasi tertinggi kedua bagi pengguna: katalog promosi di media sosial (44,9% untuk perempuan, 43% untuk laki-laki).
Pemimpin Pasar Pembayaran Digital
Ada tiga platform yang menempati posisi teratas di pasar pembayaran digital, yakni: Go-Pay (62,3% pengguna), OVO (41,2% pengguna), dan T-Cash (35% pengguna). Dalam angka, pengguna Go-Pay berjumlah 941, pengguna OVO berjumlah 623, dan pengguna T-Cash berjumlah 529. Data tersebut diperoleh dari 1.511 responden yang menggunakan pembayaran digital selama tiga bulan terakhir.
Berdasarkan riset JakPat, mayoritas pengguna ketiga platform itu berusia 20-25 tahun, dengan detail angka: Go-Pay (29,6%), OVO (29,5%), dan T-Cash (26,8%). Sekitar 30% responden mengeluarkan uang di kisaran Rp2,8 juta hingga Rp4,3 juta per bulannya. Sementara dari segi gender, Go-Pay didominasi oleh perempuan (52,4%), begitu juga dengan OVO (54,3%). Lain halnya dengan T-Cash yang lebih banyak digunakan oleh laki-laki (59,2%).
Sebanyak 1.625 responden dari berbagai wilayah Indonesia didominasi oleh laki-laki (53,5%), sedangkan perempuan berada di angka 46,5%. Adapun, persebaran responden riset JakPat, antara lain: Jawa (77%), Sumatera (14,8%), Kalimantan (2,9%), Sulawesi (2,6%), Bali dan Nusa Tenggara (1,6%), serta Maluku dan Papua (0,4%).
Tujuan dari riset tersebut, untuk memahami perilaku dan kebutuhan pengguna di pasar pembayaran digital. Dengan begitu, platform pembayaran digital dapat memberikan produk dan layanan yang sesuai sehingga dapat mendorong inklusi finansial secara lebih masif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: