Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eka Tjipta Widjaja, Taipan yang Membangun Imperium Bisnis dari Nol

Eka Tjipta Widjaja, Taipan yang Membangun Imperium Bisnis dari Nol Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia bisnis Indonesia tengah berduka cita atas kepergian pendiri Sinar Mas Group, Eka Tjipta Widjaja, yang meninggal dunia pada pukul 19:43 WIB, Sabtu (26/1/2019).

Eka Tjipta Widjaja selama ini dikenal sebagai sosok pebisnis sukses yang berhasil menduduki peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes pada tahun 2011 lalu. Selanjutnya, ia menjadi orang pertama terkaya di Indonesia menurut Majalah Globe Asia edisi Desember 2012 dengan kekayaan sebesar US$8,7 miliar.

Kekayaan Eka Tjipta tidak didapatkan dengan cuma-cuma. Ia harus kerja keras membangun bisnis dari nol. Berikut ini kisah sukses pria penerima gelar Doktor kehormatan dalam bidang Ekonomi dari Pittsburg State University ini dalam membangun dan mengembangkan bisnis.

1. Pernah Tidur di Dek Bawah Kapal

Pada umur sembilan tahun, Eka dan ibunya bermigrasi dari Fujian, China ke Makassar, Sulawesi Selatan. Ia berlayar selama tujuh hari tujuh malam dan tidur di dek atau lantai kapal bagian paling bawah. Untuk pindah ke Indonesia, mereka harus meminjam uang dari rentenir.

2. Bekerja Serabutan Usai Lulus SD

Eka Tjipa pergi ke Makassar untuk menyusul sang ayah yang telah tiba lebih dulu dan menjalankan toko kecil di sana. Selama dua tahun berdagang, barulah mereka bisa melunasi utang-utangnya.

Oleh sebab itu, Eka hanya bisa sekolah hingga SD. Usai lulus, ia membantu orangtua berjualan barang-barang dari toko ayahnya. Berkeliling secara door-to-door dengan sepeda.

Pada usia 15 tahun, ia mencari pemasok kembang gula dan biskuit untuk menjalin kerja sama. Banyak pihak menolak tawaran kerja sama karena ia hanya bermodalkan ijazah SD. Tapi, ia terus berusaha sampai akhirnya berhasil mendapatkan pemasok. Ia pun mulai memiliki usaha sendiri yang berhasil memberikan profit.

3. Bisnis Hancur

Saat usahanya mulai berkembang, negara Jepang datang ke Indonesia untuk melakukan penjajahan. Kehadiran Jepang membuat bisnisnya hancur tak bersisa. Ia pun terpaksa menjadi pengangguran.

Walau begitu, ia terus berupaya untuk bangkit dari kegagalan. Saat berjalan-jalan di lingkungan dekat rumah, ia melihat ratusan tentara Jepang dan tumpukan terigu, semen, dan gula tak terpakai.

Besoknya, Eka sudah siap membuka lapak di sana dengan membawa bahan minuman dan enam ekor ayam yang telah dimasak. Gara-gara sepi peminat, ia akhirnya mentraktir bos tentara Jepang di lokasi tersebut.

Strategi ini ternyata berhasil membuat tentara tersebut membiarkan anak buah datang ke lapak Eka. Bahkan, ia mendapat izin mengangkat semua barang terbuang yang kemudian bisa dijual kembali.

Tak cuma berjualan bahan-bahan seperti terigu. Dengan semen yang didapatkan, ia juga mencoba untuk menjadi kontraktor pembuat kuburan, berjualan kopra, gula, wijen, dan teng teng (makanan Khas Makassar). Lagi-lagi saat usahanya mulai menunjukkan hasil, harga gula jatuh sehingga ia gulung tikar.

Eka terus berusaha dan kerja serabutan walau bisnis yang dijalani sering jatuh bangun. Pada tahun 50-an, dagangannya dijarah oknum tertentu sampai tak bersisa.

Sekitar 30 tahun kemudian, ia membeli 10 ribu hektare lahan perkebunan kelapa sawit di Riau pada tahun 1980. Ia juga membeli mesin dan pabrik yang memuat 60 ribu ton kelapa sawit. Bisnisnya berkembang pesat. Hanya dalam waktu satu tahun,  ia berhasil membeli hingga 1.000 hektare perkebunan dan pabrik teh dengan kapasitas 20 ribu ton teh.

4. Mengembangkan Bisnis

Dengan hasil dari bisnis kelapa sawit dan teh, ia membeli Bank Internasional Indonesia (BII) dengan aset mencapai Rp13 miliar. Di bawah tangan dinginnya, bank tersebut berkembang dari dua cabang hingga 40 cabang dan aset menjadi Rp9,2 triliun.

Setelah bank, ia mencoba bisnis kertas dengan membeli PT Indah Kiat. Ia juga membangun ITC Mangga Dua, Green View Apartemen, dan Ambassador di Kuningan.

Selain bisnis, ia juga membangun Eka Tjipta Foundation (ETF)  yang berfokus pada pemberdayaan dan pembinaan, ekonomi masyarakat, dan pelestarian lingkungan hidup.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: