Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Derita Disleksia, Bos Virgin Group Bohongi Karyawan dan Jajaran Direksi

Derita Disleksia, Bos Virgin Group Bohongi Karyawan dan Jajaran Direksi Richard Branson, pendiri Virgin Group. | Kredit Foto: Instagram/richardbranson
Warta Ekonomi, Jakarta -

Umumnya, setiap pemimpin perusahaan mampu memahami istilah bisnis. Namun, bos perusahaan maskapai Virgin Group, Richard Branson berbeda. Dirinya mengaku mengalami disleksia, ia tidak memahami istilah bisnis yang rumit, perbedaan laba kotor dan bersih saja dia tidak mengerti. Ketidakpahamannya itu ternyata ia sembunyikan dari pegawai dan jajaran direksinya.

Branson berhenti sekolah saat usia 16 tahun dan memutuskan untuk merintis bisnis. Ia belajar bisnis sambal menjalankannya, atau learning by doing. Meskipun telah bergelut di dunia bisnis selama bertahun-tahun ia tidak pernah mengerti istilah-istilah bisnis dan ekonomi yang rumit.

"Saya telah menjalankan kelompok perusahaan swasta terbesar di Eropa bertahun-tahun, tetapi belum dapat mengetahui perbedaan antara laba bersih dan kotor," ungkapnya seperti yang dilansir dari CNBC Make It (28/1/2019).

Kekurangan Branson tidak ada yang tahu. Sampai pada saatnya dirinya terlihat kebingungan ketika menghadiri rapat dewan. Hal itu terlihat jelas ketika dia menanyakan apakah angka yang disajikan berarti berita baik atau kabar buruk. Akhirnya, sekitar 18 tahun yang lalu, seorang eksekutif yang merupakan koleganya memberitahu perbedaan tersebut.

Kolega Branson itu pun menggambar diagram dan membantunya memahami metrik pendapatan. Dan Branson akhirnya berhasil mengetahui perbedaannya ketika berusia 50-an.

"Jika saya tidak tertarik pada sesuatu, saya tidak akan memahaminya. Sebagai seseorang yang menderita disleksia, Anda sering mengalami beberapa situasi aneh," kata Branson.

Bagi Branson, disleksia bukanlah suatu kekurangan. Ia mengaku, disleksia membantunya berpikir kreatif dan menyederhanakan topik yang rumit. "Ini telah menjadi aset besar ketika membangun bisnis Virgin kami," tulisnya dalam blognya.

Pengaruh dari disleksianya yang membuat rumit memahami angka, Branson mempercayakan orang lain dalam bisnisnya. Dirinya tidak egois. Branson bersandar pada para ahli yang tahu topik, seperti keuangan yang lebih baik dari dirinya. Ini adalah keterampilan penting karena pengusaha harus belajar untuk mendelegasikan agar bisnis bisa tumbuh.

"Saya tidak pernah hebat dengan angka, jadi daripada melakukan pekerjaan dengan buruk, saya menemukan dan memperkerjakan Jack, (akuntan pertama Virgin Group)," katanya.

Kendati demikian, penting untuk Anda meminta bantuan, apa pun topiknya. Jika Anda jujur dengan diri sendiri, maka Anda dapat belajar banyak.

"Tidak perlu malu untuk mengakui bidang apa yang tidak bisa Anda kuasai dan kemungkinan akan gagal, dan terlibat dengan orang-orang yang dapat membantu," tulisnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: