Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berjanji untuk membantu mencari pasar ekspor komoditas rumput laut di luar negara-negara sasaran tradisional ekspor komoditas tersebut selama ini.
Menteri Susi dalam rilis KKP yang diterima di Jakarta, Minggu, menjanjikan, akan membantu warga sekitar mencari pasar ekspor yang lebih baik untuk menampung rumput laut hasil budidaya masyarakat.
Menurut dia, selama ini Tiongkok masih menjadi pasar rumput laut terbesar, namun kartel perdagangan yang diterapkan Tiongkok membuatnya sulit ditembus.
Meskipun begitu, Menteri Susi meminta masyarakat untuk tidak berputus asa karena dirinya berjanji akan mencarikan pasar alternatif lainnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyarankan pembudidaya rumput laut untuk mengurus resi gudang (dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di gudang), sehingga untuk dapat meminjam modal ke bank tidak diperlukan jaminan lainnya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mengoordinasikan pembentukan "Tropical Seaweed Innovation Network" (TSIN), sebuah platform digital yang merupakan situs jaringan kerja sama antara berbagai pihak terkait rumput laut.
"(TSIN) membentuk jaringan kerja sama, sinergi dan inovasi antara inovator produk rumput laut yang berada di lembaga penelitian dan pengembangan baik swasta dan pemerintah, beserta pakar rumput laut dari hulu ke hilir, dengan pelaku usaha pada industri rumput laut," kata Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Bidang Kemaritiman, Agung Kuswandono.
Menurut dia, salah satu faktor yang menghambat daya saing produk-produk rumput laut Indonesia, utamanya karaginan dan agar, di pasar global adalah kurangnya inovasi di semua rantai nilai rumput laut. Meskipun Indonesia telah dikenal sebagai produsen terbesar di dunia untuk jenis-jenis rumput laut tropis.
Inisiasi TSIN dilakukan dengan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan yang berlatar belakang kementerian/lembaga, peneliti, pemerintah daerah, pengusaha, akademisi dan asosiasi dari seluruh Indonesia di Jakarta, 1 Februari 2019.
"Dengan membentuk TSIN, kita ingin meningkatkan jaringan kerjasama, sinergi dan inovasi antara Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan serta para peneliti atau ahli dalam bidang rumput laut dari hulu ke hilir sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap kemajuan, hilirisasi dan daya saing produk-produk rumput laut Indonesia di pasar global," ujar Agung.
Saat ini, lanjutnya, telah banyak hasil inovasi dan penelitian-penelitian rumput laut dari hulu ke hilir yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga riset di bawah kementerian teknis.
Untuk itu, ujar dia, sebuah jejaring penghubung perlu dibuat, dan langkah awalnya adalah pembentukan platform digital berbasis web melalui dukungan "Sustainable Market Access through Responsible Trading of Fish in Indonesia" (SMART-Fish Programme) dari Organisasi Pembangunan PBB (Unido).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri