Menyusul kesuksesan pengiriman barang untuk jarak dekat oleh Amazon di Amerika Serikat (AS) dan JD.com di China, e-commerce Indonesia Bukalapak tengah menguji coba penggunaan drone secara terbatas di kantor pusat riset dan pengembangan teknologi mereka di Bandung.
Sementara JD.id menggandem JD.com, berhasil melakukan uji coba penerbangan drone perdana dengan rute terbang dari Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor ke MIS Nurul Falah Leles dengan mengirimkan tas ransel dan buku-buku kepada para siswa baru-baru ini. Lalu, bagaimana perusahaan kurir menyikapinya?
Direktur Utama PT Citra Van Titipan Kilat (Tiki), Titi Oktarina menyatakan pihaknya masih wait and see terkait penggunaan drone di perusahaan. Menurutnya, sempat terpikir untuk mengirimkan barang dari gerai penjualan menggunakan drone, namun dalam jarak yang terbatas. Namun demikian, isu keamanan seperti ancaman dari para peretas masih menghantui.
"Sempat terpikir ya, lucu-lucuan saja sih. Itu (drone) kami sih sudah terpikir, melalui gerai ini coba pakai drone ke sini. Cuman ya, orang Indonesia kan cerdas-cerdas, nanti kalau ada yang nge-hack gimana? Kami masih ada kekhawatiran seperti tadi karena drone kan juga ada batasan jarak, yang pasti kami selalu melihat perkembangan teknologi," kata dia kepada Warta Ekonomi, Jumat (22/2/2019).
Baca Juga: JD.com Sukses Uji Coba Kirim Barang via Drone di Indonesia
Baca Juga: Transaksi Jemput Online TIKI Diklaim Naik 200%
Ditambahkan, ketimbang menjajaki drone, pihaknya lebih dulu akan mengadopsi teknologi automasi (ronotic processing automation) dengan menggunakan mesin sortir dalam waktu dekat, yang akan mempercepat proses pengiriman. Ini pun tidak akan diterapkan di semua gerai penjualan Tiki, yang saat ini berjumlah lebih dari 3.000 unit. Untuk pengirimannya dalam setahun hingga dua tahun ke depan, perusahaan belum akan mengadopsi teknologi tersebut.
"Kami adaptasi teknologi lumayan cepat, tapi kembali lagi, teknologi ini kan kadang ada yang important to have, nice to have, atau something to show off. Bagi kami, kalau itu important, baru akan investasi. Salah satu yang akan kami jalankan mesin sortir. Tapi, enggak di semua gerai. Kalau di daerah kecil yang pengirimannya kecil, apakah sortir mesin itu perlu? Mungkin juga belum."
"Tapi, teknologinya sendiri akan ke arah sana. Kalau di China, kan ada pemakaian QR Code di semua sisi barang, itu membuat dia bisa mengatur barang lari ke mana dan sebagainya. Tiki pasti akan ke sana juga, tinggal kami menunggu momen yang tepat karena tidak semua teknologi harus kami miliki, pilah-pilahlah," tambah dia.
Lain dari pada itu, perusahaan juga akan fokus pada big data. Mulai November lalu, perusahaan membangun control tower berfungsi memantau dan mengolah data konsumen, preferensi layanan yang digunakan konsumen, serta alur keluar masuk barang, sehingga data bisa dimonetisasi untuk menghasilkan layanan atau produk baru ke depannya.
"Jadi, seperti ada peta seluruh daerah, sampai di mana pun kita bisa lihat aktivitasnya. Ini secara operasional sangat membantu, misal hari ini gerai penjualan di daerah dapat notifikasi, berapa banyak barang yang didapat, artinya mereka bisa menyiapkan SDM seberapa banyak, supaya efisiens dan efektif secara waktu. Jadi, sistem sudah terintegrasi antarcabang, dan semua tercatat dalam sistem. Jadwal keluar dari Tiki, jam berapa, dan jadwal masuk di Tiki daerah jam berapa. Kami evaluasi tiap waktu. Ini sangat membantu di sisi operasional," tambah dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti