Deputi Bidang Pemberantasan Narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Arman Depari mengatakan 37.799 butir pil ekstasi yang disita Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Jakarta berkualitas tinggi.
Dalam konfrensi pers yang digelar di Kantor BNNP DKI Jakarta, Arman mencoba mematahkan satu pil ekstasi tersebut dan pil itu patah menjadi dua bagian.
"Kalau secara fisik, biasanya kalau kualitasnya tidak bagus saat kita patahkan pil itu akan hancur. Kalau dia patah, berarti bagus buatannya, cetakannya bagus," kata Arman dalam jumpa pers itu di Jakarta, Senin.
Dia menyebut ekstasi yang dikirim dari negara Eropa Barat umumnya adalah ekstasi berkualitas tinggi.
Arman menyampaikan ada sedikit kesulitan untuk menjalin kerja sama pemberantasan narkoba dengan negara Eropa Barat terutama Belanda dan Jerman.
Dia menggarisbawahi bahwa alasan diberikan oleh negara-negara tersebut adalah perbedaan hukum. "Kalau menurut saya ini kurang begitu logis, jangan sampai perbedaan hukum itu mengabaikan keselamatan manusia," ujarnya.
Ketika ditanya berapa nilai barang tersebut Amran menyebut barang haram tersebut sebagai racun yang tidak ada nilainya.
"Nilainya ini tidak ada. Nilai ekonomisnya tidak ada. Racun ini. Jadi itu tidak ada nilainya," ujarnya.
Dalam kasus pengungkapan sindikat pengedar ekstasi jaringan lapas dan internasional, BNNP akhirnya membekuk dua orang pria berinisial E dan D serta seorang wanita berinisial M.
Ketiganya ditangkap dengan barang bukti 37.799 butir pil ekstasi dan dijerat dengan Pasal 112, Pasal 113, dan Pasal 132 dengan ancaman penjara di atas lima tahun.
Salah satu tersangka berinisial M, mengaku diminta untuk mengambil paket tersebut oleh pacarnya yang berinisial TW yang berstatus sebagai narapidana di salah satu lapas di Jakarta.
M dijanjikan imbalan sebesar 20 juta jika berhasil mengambil paket tersebut.
Terkait lapas yang menjadi tempat bandar tersebut ditahan Kepala BNNP DKI Jakarta Brigjen Johnypol Latupeirissa belum bersedia membeberkan nama lapas tersebut.
"Kita kantongi jaringan besarnya dengan jaringan lapas. Lapasnya rahasia, lokasinya di Jakarta," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat