Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak merespons santai terkait hasil survei LSI Denny JA yang menyebut pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul 58,7% dibanding pasangan Prabowo-Sandi 30,9%.
Ia menyebut hasil survei ini adalah hiburan. "Kami terus terang ya kami gak pernah menanggapi serius survei Denny JA. Karena survei itu bagi kami, terus terang kami ragu dengan kredibilitasnya, kita ragu dengan independensinya," katanya di Jakarta, Rabu (6/3/2019).
Sambungnya, "Jadi sehingga apapun survei Denny JA kami sebut lucu-lucuan aja. Kalau dalam politik kita butuh hiburan, salah satu hiburan yang sering kamu nikmati itu adalah survei Denny JA," ujarnya.
Lanjutnya, ia mengaku tidak peduli dengan hasil survei dari LSI Denny JA kepada Prabowo-Sandi. "Mau bilang Pak Jokowi 100% enggak apa-apa silakan saja. 1.000% saja gapapa. LSI Denny JA silakan lakukan tugasnya dengan baik dan benar," ucapnya.
Selain itu, ia mengaku geram dengan framing survei yang dibuat LSI terkait pemilih Prabowo-Sandi yang lebih banyak setuju soal keinginan Indonesia harus seperti dunia Timur Tengah (Arab).
Baca Juga: Misbakhun Heran Kubu Prabowo Salah Kaprah Memahami Kartu Prakerja
"Anda lihat cara mereka melakukan segmentasi, pembelahan dan framing yang dilakukan, framing yang dilakukan adalah framing rasial dan itu berbahaya. Denny JA ini melakukan survei untuk mempersatukan Indonesia atau memecah belah Indonesia? Itu berbahaya lho," jelasnya.
Ia menambahkan, "Kalau anda perhatikan selama kampanye Pak Prabowo dan Bang Sandi tak pernah gunakan diksi rasial, yang selalu digunakan adalah diksi ekonomi dan pembangunan," sambungnya.
Ia memangang, dalam survei-survei Denny JA punya kecenderungan melabelling dan framing berbahaya yang mengganggu persatuan Indonesia.
Baca Juga: Bahaya, Survei LSI Bahaya...
"Itu kan tuduhan. Kalau mereka berusaha mensegmentasikan masyarakat kita kotak-kotakan masyarakat sambil nunggu hasil yang sana radikal yang sini enggak, itu berbahaya," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil