Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus Penghina TNI, Sudirman Said Bilang Lebih Baik Dicek Konteksnya

Kasus Penghina TNI, Sudirman Said Bilang Lebih Baik Dicek Konteksnya Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tersangka ujaran kebencian, dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Robertus Robet, yang ditangkap Bareskrim Polri pada Kamis (7/3/2019) karena dianggap menghina TNI, menuai sejumlah perhatian.

Tim Prabowo-Sandi, Sudirman Said, mengatakan kasus Robet seharusnya dilihat secara jernih. Nyanyian Robert yang salah satu syairnya 'angkatan bersenjata RI tidak berguna, bubarkan saja diganti menwa', adalah kritik terhadap ABRI era Orba.

“Kita perlu lebih tenang dan jernih memahami kasus yang di alami oleh Saudara Robertus Robert. Kalau melihat sepotong video ketika dia menyanyikan lagu pelesetan Mars ABRI memang membuat hati kita jadi panas. Tapi akan baik kalau dicek konteksnya," ujarnya di Jakarta, Jumat (8/3/2019).

Baca Juga: Sandiaga Bela Penghina TNI?

Ia menambahkan, lagu itu dinyanyikan sebagai pengingat jangan sampai TNI kembali ke masa lalu, sebelum reformasi 1998. Ketika itu reputasi tentara memang mengalami penurunan, karena terlalu jauh diseret ke lapangan politik, bahkan bisnis.

“Di forum itu Robertus ingin mengingatkan agar reformasi yang sudah terjadi pada tubuh TNI jangan dicederai oleh agenda-agenda politik jangka pendek. Karena ada kecenderungan menyeret-nyeret TNI aktif dalam politik maupun mengisi posisi sipil; sesuatu yang sudah dengan susah payah diluruskan oleh para senior di TNI sendiri,” terangnya.

Baca Juga: Gara-Gara Pertemuan Rahasia Jokowi dan Bos Freeport, Sudirman Said Ingin Dihabisi?

Lebih dari itu, kata Sudirman, ekspresi Robet adalah wujud dari kebebasan akademik, wujud dari partisipasi kalangan akademis dalam menjaga demokrasi dan kehidupan bernegara. Gagasan ini menjadi bagian dari visi Prabowo ke depan.

“Salah satu program kerja Prabowo Sandi dalam menjaga demokrasi adalah mengembalikan kebebasan mimbar akadamik, karena kami meyakini bahwa kampus adalah sumber pikiran terbaik yang harus dijaga kejernihannya,” katanya.

"Terlalu banyak orang yang berbeda pendapat, terus dihadapi dengan presekusi dan ditangkap, diadilli,” lanjutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: