Demi menyongsong sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan era industri 4.0, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memfokuskan perhatian pada persoalan akses dan kualitas pendidikan tinggi. Hal itu dapat dilakukan melalui pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan konektivitas sehingga bermanfaat untuk mengembangkan e-learning.
Dengan begitu, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara fleksibel. Tak hanya itu, lewat universitas siber, masing-masing universitas dan pemangku kepentingannya bisa mendapatkan dosen dan materi kuliah yang terbaik.
"Melalui cyber university, masing-masing universitas, prodi, atau mahasiswa bisa manfaatkan, memilih, dan menyeleksi supaya mendapat dosen dan materi kuliah yang terbaik," kata Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Na'im, Selasa (12/3/2019).
Baca Juga: Wamenkeu: APBN 2019 Fokus Dorong Pengembangan Kualitas SDM Indonesia
Contohnya, jika UI memberi mata kuliah agama Budha, tentu itu tidak efisien, karenanya mahasiswa bisa ambil mata kuliah itu secara online di universitas lain. Kemenristekdikti juga melakukan perubahan konten kurikulum dengan prinsip: semua prodi harus menguasai dasar yang berkaitan dengan teknologi, data, dan kemanusiaan. Kurikulum juga diubah sehingga 50% terdiri atas praktik.
Ainun berkata, "Sehingga bisa mengolah data sesuai bidang disiplinnya. Kemudian, humanities karena dengan adanya globalisasi, orang harus adaptif."
Lebih dari itu, dewasa ini banyak perusahaan atau lembaga yang memerlukan tenaga kerja dengan kemampuan kompetensi. Oleh karena itu, Kemenristekdikti memiliki program khusus untuk politeknik dan vokasi. Nantinya, mahasiswa tidak hanya akan mendapat ijazah, tetapi juga sertifikat kompetensi.
"Yang mana sertifikasi kompetensi itu diakui juga oleh industri, bukan hanya kampusnya. Sertifikat itu juga akan diakui oleh asosiasi industri nasional dan internasional," tutur Ainun lagi.
Kemenristekdikti juga mewajibkan politeknik dan pendidikan vokasi memiliki partner industri agar mahasiswa memiliki kemampuan sesuai industri. Lebih dari itu, dosen pun dilatih. Sebagai contoh, untuk perawatan pesawat, Politeknik Batam dapat berkolaboraai dengan Lion Air dan Garuda.
Kemudian Ainun menjelaskan, "Demikian juga politeknik di Madiun yang dipasangkan dengan PT KAI. Itu dilakukan terkait peningkatan dan reorientasi kurikulum untuk poltek dan vokasi. Selain itu, kurikulum diubah juga sehingga 50% dari kurikulum itu praktik."
Baca Juga: Making Indonesia 4.0 Siapkan SDM Berkualitas Hadapi Industri 4.0, Ini Strategi Kemenperin
Peningkatan SDM di bidang penelitian dan pendidik juga dilakukan. LPDP memberi beasiswa untuk peneliti dan dosen yang mengambil S-3 untuk peningkatan kualitas perguruan tinggi (PT). Menurut Ainun, kemampuan pengembangan teknologi memang berkaitan dengan upaya membangun reputasi PT. Jadi, bukan cuma kualitas lulusan yang diperhatikan, melainkan penguasaan atas Iptek juga. Dengan begitu, daya saing negara ini akan meningkat.
"Kami juga menegakkan kualifikasi peneliti karena basic science sangat penting untuk penguasaan teknologi yang selalu berubah sesuai kebutuhan masyarakat," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti