Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Startup Story, PrivyID: Diawali Inkubasi, Kini Layani Ratusan Korporasi

Startup Story, PrivyID: Diawali Inkubasi, Kini Layani Ratusan Korporasi PrivyID | Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berawal dari mengikuti program inkubasi startup dari Telkom Indonesia yang bernama Indigo, PrivyID kini menjadi pionir sebagai penyedia layanan tanda tangan digital di luar instansi pemerintah. Berdiri 2016 sebagai sebuah perusahaan terbatas, kini mereka telah memiliki 3,4 juta pengguna dan 172 mitra korporasi.

Di belakang PrivyID terdapat empat investor lokal yang telah menanamkan modal sejak Maret 2017 lalu, dua di antaranya merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Telkom Indonesia dan Bank Mandiri. Sementara dari pihak swasta, ada Kencana Investasi Indonesia milik Gunung Sewu Kencana, dan Mahanusa Capital.

"Sebelum mendapat investor, kami berdiskusi dengan beberapa (investor), yang percaya untuk menanamkan modal itu lokal, yang asing malah ragu. Dua BUMN, dua swasta," cerita CEO PrivyID, Marshall Pribadi kepada Warta Ekonomi, Jumat (29/3/2019).

Usut punya usut, keempat investor itu berpartisipasi dalam seeding PrivyID secara bersamaan. Investor pertamanya tentu saja Telkom Indonesia melalui Metra Digital Investama karena startup penyedia TTD digital itu mengikuti program inkubasi perusahaan tersebut.

Baca Juga: Startup TTD Digital PrivyID Tengah Himpun Pendanaan Seri A

Marshall mengungkapkan, "Sebelum dapat investasi di 2017, kami sudah dapat klien perusahaan multifinance. Lalu, saat jadi investor, Telkom juga menjadi pelanggan korporasi kami."

Setelah Telkom Indonesia berinvestasi, startup itu mulai membangun kepercayaan terhadap calon investor, lalu Bank Mandiri berpartisipasi lewat Mandiri Capital Indonesia. Hal itu pun membuat Kencana Investasi Indonesia milik Gunung Sewu Kencana dan Mahanusa Capital tertarik untuk bergabung menanamkan modal di PrivyID.

"Mulai dari situ kami membangun kepercayaan. Telkom itu modal yang sangat besar, apalagi tidak lama kemudian disusul oleh Mandiri. Jadi, dari situ dukungan BUMN ini sangat membantu kami. Pihak swasta masuk karena mengikuti kedua BUMN itu," papar sang pendiri.

Server PrivyID pun didukung oleh teknologi pusat data dari Telkomsigma. Yang utama berada di Sentul, dengan DC Tier IV. Sementara data center untuk menanggulangi bencana dan peristiwa tak diinginkan berada di Surabaya dengan DC Tier III.

Ketika ditanya apakah mereka berencana membuat pusat data sendiri, Marshall berkata, "Belum berencana sih karena investasinya butuh triliunan. Jadi, selama ini kami masih bersama Telkom Group."

Pusat data Telkomsigma dinilai masih dapat diandalkan dari segi kapasitas dan kemampuannya. Sejak 2017, mereka telah menggunakan teknologi itu dan mengklaim tidak pernah mengalami downtime. 

Saat ini, perusahaan rintisan itu tengah mengumpulkan putaran pendanaan seri A. Investor lama akan kembali berpartisipasi, tetapi PrivyID mengaku tengah mencari investor tambahan baru yang juga berasal dari Indonesia.

Baca Juga: Dear Startup, Tak Mau Data Pengguna Bocor? Contek Cara PrivyID Ini

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: