Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan karena Harga Tiket Turun, Garuda Rugi Besar karena. . .

Bukan karena Harga Tiket Turun, Garuda Rugi Besar karena. . . Pesawat jenis boeing milik Garuda Indonesia lepas landas di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (15/3/2019). PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memutuskan memilih opsi pembatalan sisa pesanan pesawat Boeing 737 Max 8 sebanyak 49 unit pesawat pasca dua kecelakaan yang terjadi pada pesawat tipe tersebut yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan belakangan ini. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah resmi menaikkan tarif batas bawah pesawat kelas ekonomi menjadi paling rendah sebesar 35% dari tarif batas atas pada akhir pekan lalu, Jumat (29/03/2019). Keputusan tersebut diperkirakan akan membuat sejumlah maskapai penerbangan mengalami kerugian, terutama bagi maskapai penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia (Garuda). 

Baca Juga: Kemenhub Tetapkan Tarif Batas Bawah Tiket Pesawat 35% dari Batas Atas

Perkiraan tersebut tidak sepenuhnya tepat karena ekonom Indef, Nailul Huda, menyatakan bahwa Garuda masih bisa mengambil untung meskipun tarif tiket pesawat turun. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Garuda melalui pemberlakukan program diskon harga tiket pesawat sebesar 50% untuk periode 31/03/2019 hingga 13/05/2019. 

Baca Juga: Diskon Harga Tiket 50%, Investor Tak Minati Saham Garuda

Ya, Garuda memang tidak akan rugi hanya karena tarif tiket pesawat turun. Namun, di akhir pekan lalu pula, Direktur Utama Garuda, I Gusti Ngurah Askhara, mengungkapkan bahwa Garuda telah mengalami kerugian hingga US$3 juta dolar.

Menurut keterangannya, kerugian itu menjadi dampak dari larangan pengoperasian pesawat Boeing 737 Max 8. Bagaimana tidak merugi, beberapa waktu sebelum larangan itu diutarakan, Garuda tengah memesan 50 unit pesawat Boeing 737 Max 8 dengan setoran uang muka sebesar US$26 juta.

Baca Juga: Larangan Terbang Boeing 737 Max 8 Milik Garuda dan Lion Air Bukan Sanksi, Terus?

"Kalau hasil perhitungan kami, sebulannya bisa mencapai US$3 juta karena (Boeing 737 Max 8) tidak bisa terbang," jelanya di Jakarta.

Ia menambahkan, saat ini status pemesanan pesawat tersebut masih dalam proses finalisasi karena pihak Boeing meminta waktu untuk mengambil keputusan perihal permohonan pembatalan yang diajukan Garuda. 

Selain permohonan pembatalan, Garuda juga mengajukan permohonan perihal pembayaran cicilan tagihan kepada Boeing. Asal tahu saja, Garuda diperkirakan akan terus merugi karena tagihan cicilan pesawat dari perusahaan pembiayaan yang memfasilitasi pembelian pesawat tersebut masih terus berjalan. 

"Penyebab kerugian ada (di) biaya cicilan. Sementara pesawatnya tak bisa terbang sehingga tidak bisa menyumbang pendapatan ke perusahaan," tambahnya. 

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: