Segala transaksi yang berasal dari perdagangan barang dan jasa serta pendapatan yang berasal dari investasi asing akan tercatat dalam neraca transaksi berjalan. Dalam neraca transaksi berjalan dikenal istilah defisit transaksi berjalan atau current account deficit, yaitu kondisi keuangan negara dengan angka pertumbuhan impor yang lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekspor.
Selain itu, defisit transaksi berjalan juga didefinisikan sebagai suatu keadaan, di mana tingkat tabungan nasional lebih rendah daripada tingkat investasi suatu negara. Defisit transaksi berjalan untuk kasus ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang.
Baca Juga: Apa Itu Neraca Perdagangan?
Pasalnya, negara berkembang mempunyai modal yang minim dari tingkat tabungan domestik sehingga peluang untuk menerima investasi dari negara asing lebih terbuka lebar.
Defisit baik atau buruk?
Menilai defisit transaksi berjalan tidak semudah memisahkan antara hitam dan putih. Dalam keadaan tertentu, defisit transaksi berjalan menjadi suatu hal yang baik, namun dapat menjadi suatu hal yang buruk untuk keadaan yang berbeda.
Jika defisit tercermin melalui tingginya impor daripada ekspor, hal itu mengindikasikan adanya permasalah daya saing atas produk-produk tertentu. Sementara itu, jika defisit tercermin melalui tingginya investasi daripada tabungan nasional, hal itu mengindikasikan bahwa ekonomi suatu negara tumbuh dan produktif.
Komponen dalam defisit transaksi berjalan
Ada dua komponen yang digunakan dalam defisit transaksi berjalan, yaitu defisit perdagangan yang berkaitan dengan aktivitas ekspor-impor dan investasi asing yang berkaitan dengan aktivitas penanaman modal asing.
Baca Juga: BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Masih di Atas 3% di Triwulan IV 2018
Defisit transaksi berjalan berkaitan erat dengan pendapatan bersih suatu negara. Setidaknya, ada empat hal yang digunakan dalam mengukur pendapatan bersih. Pertama, pembayaranyang dilakukan kepada orang asing dalam bentuk dividen saham domestik. Kedua, pembayaran bunga obligasi. Ketiga, upah yang dibayarkan kepada orang asing yang bekerja di negara tersebut. Keempat, uang WNA yang sebagian besar dikirim kebali ke negara asal mereka.
Penyebab defisit transaksi berjalan
1. Pertumbuhan ekonomi global melambat
Pertumbuhan ekonomi global yang melambat akan berdampak pada lesunya perdagangan internasional. Hal tersebut tentu akan membuat nilai ekspor dari suatu negara mengalami penurunan.
2. Permintaan dan harga komoditas global menurun
Faktor menurunnya permintaan dan harga komoditas global akan menjadi guncangan bagi negara-negara pengekspor. Pasalnya, jika permintaan dan harga komoditas menurun, pendapatan negara dari sektor ekspor juga akan menurun secara drastis.
3. Program subsidi pemerintah
Berbagai program subsidi yang berasal dari anggaran pemerintah akan menjadi beban tersendiri bagi keuangan nasional. Bukan hanya itu, subsidi akan memperlebar defisit transaksi berjalan. Misalnya, pemerintah Indonesia memberikan subsidi BBM sehingga harga BBM menjadi lebih murah.
Namun, hal itu akan membuat permintaan BBM semakin meningkat sehingga pemerintah hars mengimpor BBM dari negara lain di saat produksi domestik tidak mencukupi. Jika berkepanjangan, aktivitas ekspor akan lebih tinggi daripada impor dan akhirnya defisit transaksi berjalan kian melebar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih