Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komodo Selamatkan US$13 Juta dari Upaya Peretasan Agama

Komodo Selamatkan US$13 Juta dari Upaya Peretasan Agama Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah perusahaan penyedia fasilitas dompet kripto (crypto wallet), Komodo, mengklaim baru saja menyelamatkan dana nasabahnya dengan nilai sedikitnya US$13 juta dari kerentanan keamanan.

Dalam pernyataan resminya di situs perusahaan tertanggal (5/6/2019), pihak Komodo menyatakan telah melakukan peretasan balik terhadap sistemnya sendiri untuk mengantisipasi kemungkinan serangan keamanan yang sebelumnya telah disampaikan oleh sejumlah peneliti keamanan industri kripto dunia.

Dalam warning yang disampaikan oleh sejumlah peneliti itu dijelaskan bahwa Agama, salah satu jenis fasilitas wallet yang dimiliki oleh Komodo, memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi atas peluang serangan dari para hacker.

Menindaklanjuti peringatan dari para peneliti kripto itu, tim cybersecurity Komodo pun memutuskan untuk segera memindahkan aset kripto yang terindikasi tengah diincar oleh para hacker tersebut ke tempat yang lebih aman.

"Kami telah berhasil mengamankan sekitar delapan juta KMD dan 96 BTC dari dompet yang rentan ini. Jika tindakan ini tidak dilakukan, akan sangat mudah bagi hacker untuk menyerangnya," ujar pihak Komodo dalam keterangan resmi tersebut.

Baca Juga: Tips Membeli Aset Cryptocurrency untuk Pemula

Dengan memperhatikan harga pasar yang ada saat ini, jumlah aset tersebut kurang-lebih senilai US$13 juta. Untuk saat ini, pihak Komodo menyatakan bahwa aset-aset kripto tersebut telah di-freeze di dua dompet rahasia dan aman, untuk kemudian pemiliknya akan segera diundang untuk mengambilnya kembali.

Tak hanya yang akunnya terindikasi penyerangan, seluruh pemilik aset di dompet kripto Agama juga diimbau oleh pihak Komodo untuk segera memindahkan semua dananya ke alamat atau wallet baru sesegera mungkin. Hal ini untuk mengantisipasi peluang kerugian dari ancaman hacker.

Selama ini, serangan dari para hacker memang menjadi momok bagi industri kripto secara keseluruhan. Akhir Mei lalu, misalnya, perusahaan penukaran uang kripto asal Selandia Baru, terpaksa berutang hingga US$4,22 juta kepada kreditur usai sistemnya diserang oleh para hacker pada pertengahan Januari lalu.

Bahkan, atas besarnya utang tersebut, perusahaan bernama Cryptonia itu diketahui sudah tidak dapat beroperasi lagi. Beberapa waktu sebelumnya, hacker diketahui menggunakan metode phishing dan serangan virus untuk menarik 7.000 bitcoin (BTC) dari wallet yang kini tengah naik pamor, Binance, tanpa sama sekali terdeteksi oleh sistem keamanan bursa terkait.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: