Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Cuma di Sektor Keuangan Indonesia, Grab dan Go-Jek Saingan Pula di Singapura

Tak Cuma di Sektor Keuangan Indonesia, Grab dan Go-Jek Saingan Pula di Singapura Kantor Go-Jek | Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tak hanya bersaing di industri finansial teknologi Indonesia, Grab dan Go-Jek tampaknya juga berada di kompetisi serupa di negeri tetangga, Singapura. Itu dapat dilihat dari langkah kedua aplikator berbagi tumpangan tersebut di sana.

Berdasarkan keterangan dari empat orang narasumber Reuters, Grab tengah menjajaki langkah ke sektor perbankan digital Singapura. Bahkan, Grab dikabarkan akan menyewa konsultan untuk memantau potensi bisnis perbankan digital perusahaan.

Langkah itu merupakan respons Grab atas pernyataan Otoritas Moneter Singapura (MAS) yang berencana menerbitkan aturan untuk sektorbank digital.

"MAS sedang mempelajari potensi untuk mengizinkan bank digital dengan induk non-bank dalam pasar," begitulah bunyi laporan Reuters, Rabu (12/6/2019).

Baca Juga: Grab Dipanggil Otoritas Filipina, Ada Apa?

Hongkong, saingan sengit Singapura di sektor keuangan, telah menerbitkan lisensi tersebut awal tahun ini. Kabarnya, MAS akan membuat keputusan dalam beberapa bulan ke depan mengenai kebijakan itu, termasuk syarat dan ketentuan di dalamnya.

Selain menjajaki sektor bank digital, Grab juga berencana untuk mengakuisisi fintech pembayaran 2C2P. Menurut laporan Bloomberg (13/6/2019), perusahaan besutan Anthony Tan dkk itu menyiapkan penawaran sekitar US$200 juta (sekitar Rp2,86 triliun). Sayangnya, penawaran Grab ditolak karena fintech 2C2P lebih memilih untuk menjadi perusahaan independen.

Di sisi lain, Go-Jek sebagai kompetitor Grab telah bermitra dengan Bank DBS yang berbasis di Singapura. Menurut laporan DealStreetAsia, kedua perusahaani itu menghadirkan fitur 'DBS PayLah!' untuk mempermudah sistem pembayaran bagi penumpang.

"Lewat integrasi DBS PayLah! ke dalam aplikasi Go-Jek, penumpang dapat membayar dengan cara yang lebih mudah. Itu akan menghasilkan pengalaman perjalanan dan pembayaran yang lebih cepat," ujar General Manager Go-Jek Singapura, Lien Choong Luen, dikutip dari Straits Times.

Menurut data dari Go-Jek Singapura, hanya ada 35% penumpang pengguna uang tunai saat memakai jasa Go-Jek. Artinya, 65% sisanya lebih memilih pembayaran lewat kartu kredit ataupun debit.

DBS PayLah! sendiri telah digunakan oleh jutaan pelanggan di 80 ribu pedagang yang tersebar di Singapura. Perusahaan dapat memanfaatkan basis pengguna Go-Jek yang belum memiliki kartu debit atau kredit sebagai metode pembayaran utama mereka, sama seperti fungsi Go-Pay dalam aplikasi Go-Jek di Indonesia.

Baca Juga: Akuisisi Startup AI, Go-Jek Mau Rekrut 150 Engineer Baru

Namun, integrasi layanan DBS PayLah! ke dalam aplikasi Go-Jek baru akan dilakukan beberapa bulan ke depan.

Terjun ke sektor keuangan digital memang bisa menjadi salah satu keuntungan bagi bisnis berbasis aplikasi seperti Grab dan Go-Jek. Dengan mendapatkan lisensi untuk bergerak di sektor keuangan digital, keduanya dapat memeroleh data transaksi dan perilaku pelanggan untuk dianalisis.

Data perilaku pelanggan yang sudah dianalisis itu bisa digunakan untuk mengetahui layanan yang berpotensi besar dibutuhkan oleh mereka. Dengan begitu, layanan yang ditawarkan perusahaan akan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: