Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Boikot Huawei Berakhir, Saham Pemasok Diborong Investor

Boikot Huawei Berakhir, Saham Pemasok Diborong Investor Kredit Foto: Reuters/Chris Wattie
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini telah mengizinkan perusahaan-perusahaan AS untuk menjual produk berteknologi tinggi kepada Huawei. Keputusan ini lantas membuat para investor Asia memborong saham pemasok produsen ponsel pintar China tersebut pada Senin (1/7/2019).

Huawei sebelumnya masuk dalam daftar hitam AS pada Mei yang membatasi perusahaan teknologi AS seperti Google untuk berbisnis dengan pembuat peralatan jaringan telekomunikasi China tersebut. Pasalnnya Washington menilai Huawei sebagai ancaman keamanan di tengah perang dagangnya dengan Beijing. 

Trump mengatakan pada Sabtu (29/6/2019), larangan tersebut tidak adil untuk pemasok AS, yang kesal karena mereka tidak bisa menjual suku cadang dan komponen ke Huawei tanpa persetujuan Pemerintah AS.

Baca Juga: Nih Provokator yang Buat Trump Boikot Huawei

Namun, dia tidak mengatakan perusahaan AS mana saja yang dapat kembali melakukan bisnis dengan Huawei.

Sementara itu, mengutip laman Reuters (2/7/2019), para analis meragukan dampak dari keputusan terbaru tersebut bagi perusahaan. Saham para pemasok smartphone Huawei sendiri melonjak di perdagangan Asia pada Senin karena investor menilai pernyataan Trump sebagai sinyal positif bagi penjualan ponsel pintar Huawei.

Saham pembuat panel layar OLED, BOE Technology Group (000725.SZ ) dan Shenzhen Goodix Technology (603160.SS ), pembuat sensor sidik jari, merangkak naik sebesar 10% ke batas hariannya.

Hal yang sama dialami Foxconn Taiwan (2317.TW ), perakit elektronik kontrak top dunia, dan pembuat cip kontrak TSMC (2330.TW), yang masing-masing sahamnya naik sebesar 3% dan 4%.

Baca Juga: AS-China Gencatan Senjata, Huawei Dapat Hikmahnya

"Perubahan arah Gedung Putih ... kecil kemungkinan memberikan Huawei, produk yang benar-benar mereka butuhkan," Richard Windsor, pendiri perusahaan riset independen Radio Free Mobile, mengatakan dalam sebuah catatan.

"Dan bahkan jika itu terjadi, sangat mungkin kerusakan fatal telah terjadi pada bisnis ponsel pintar Huawei," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: