Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Revitalisasi Pendidikan Vokasi RI Belajar dari Kisah Sukses Negara Ini

Revitalisasi Pendidikan Vokasi RI Belajar dari Kisah Sukses Negara Ini Kredit Foto: Sinar Mas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sinar Mas menggelar seminar Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi di Indonesia: Implementasi Pembelajaran Dual System, Rabu (17/7/2019), di Kampus Universitas Prasetiya Mulya.

Managing Director Sinar Mas, G Sulistiyanto menyebut latar belakang acara berkumpulnya lintas pihak tersebut guna menjawab ajakan pemerintah kepada sektor industri agar meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi.

"Agar inisiatif yang kami lakukan menjangkau potensi setempat, membekalinya dengan pendidikan serta ketrampilan yang selaras dengan karakteristik dan kebutuhan industri terkait. Kini, kami mencoba belajar dari praktik terbaik di negara lain. Melalui vokasi, dunia usaha dapat membuat lembaga pendidikan yang sesuai kebutuhan kami," ujarnya dalam keterangannya.

Seminar ini dihelat dengan menggandeng Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kedutaan Besar RI di Bern, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Eka Tjipta Foundation (ETF), Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB), Politeknik Sinar Mas Berau (Poltek Simas Berau) bersama Univesitas Prasetiya Mulya serta PT Astra International Tbk dan Triputra Group, pihaknya berupaya agar model pendidikan dual vocational education and training yang lazim disebut dual system dapat dipahami lebih mendalam, dan kemudian  direplikasi pada sejumlah lembaga pendidikan vokasi Indonesia yang telah dan akan berdiri. 

Baca Juga: Pacu Vokasi, Industri Butuh 600 Ribu Tenaga Kerja per Tahun

Melalui seminar tersebut, Sinar Mas berupaya agar model pendidikan dual vocational education and training yang lazim disebut dual system dapat dipahami lebih mendalam, dan kemudian direplikasi pada sejumlah lembaga pendidikan vokasi Indonesia yang telah dan akan berdiri. 

Menristekdikti Mohamad Nasir yang hadir sebagai pembicara kunci menyampaikan, revitalisasi akan terfokus pada lembaga pendidikan vokasi yang telah ada berikut pembenahan kurikulum, fasilitas, dan infrastruktur, berikut kualitas tenaga pendidik.

"Sehingga para lulusan pendidikan tinggi vokasi tidak saja memegang ijazah, namun memiliki pula sertifikat kompetensi. Jangan sampai para lulusan berijazah tidak kompeten. Nantinya sebelum bekerja, mereka tidak lagi ditanya asal perguruan tinggi, cukup ditanya sertifikat kompetensi yang dimiliki," ujar Nasir.

Senada dengan Menristekdikti tentang sertifikat kompentensi, Sulistiyanto mengatakan, pihaknya menyambut baik kebijakan pemerintah memberlakukan supertax deductible atau insentif fiskal dalam bentuk keringanan pajak bagi industri yang berinvestasi pada pendidikan vokasi, serta aktivitas penelitian dan pengembangan.

"Harapannya, seluruh inisatif perusahaan dalam pendidikan vokasi yang menghasilkan lulusan tersertifikasi, berkesempatan mendapatkan insentif tadi," katanya.

Dalam praktiknya, dual system melibatkan sektor industri dalam penyusunan kurikulum pendidikan tinggi yang memadukan pembelajaran teori sebanyak 30% dan 70% berupa praktik di lingkungan kerja sesuai kebutuhan industri terkait.

Chairman of Swiss Federal Institute for Vocational Education & Training (SFIVET), Gnaegi Philippe mengatakan, hadirnya negara bersama sektor privat akan menghasilkan sistem pendidikan vokasi yang efektif sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Swiss menjadi mitra penting merevitalisasi pendidikan vokasi di Indonesia disebabkan penerapan dual vocational education and training mereka mampu menghasilkan pekerja usia muda yang produktif sekaligus kompetitif. Tercermin dari angka pengangguran pekerja muda yang kecil dan peringkat tertinggi yang mampu dicapai negara ini dalam Global Competitiveness Index lansiran World Economic Forum.

Baca Juga: Partisipasi Program Vokasi Lampaui Target, Airlangga Puji Industri

Duta Besar RI, Muliaman D Hadad berharap kualitas dan produktivitas SDM tidak menjadi missing link dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Menurutnya, pendidikan vokasi masih menghadapi beberapa tantangan, seperti anggapan orangtua bahwa jalur pendidikan ini hanyalah pilihan kesekian bagi anak-anaknya. Kemudian, keengganan sektor privat mempekerjakan para lulusan vokasi. Dengan kata lain, ekosistemnya belum terbangun sempurna.

Langkah China yang tengah mereformasi pendidikan vokasi, di antaranya dengan memfungsikan National Vocational Education Steering Committee, dinilai Muliaman menjadi referensi bagi Indonesia.

Di tempat yang sama, berlangsung pula penandatangan letter of intent antara Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti dengan SFIVET.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: