Director for Presidential Studies-DECODE UGM, Nyarwi Ahmad menilai dinamika politik antara partai koalisi pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin, antara PDIP dengan Partai Nasdem semakin terlihat adanya perpecahan. Bahkan, ia menilai aksi Nasdem akan menjadi kekuatan oposisi di dalam koalisi.
"Nah kalau itu kondisinya kesana (oposisi di dalam koalisi) itu ada kemungkinan, artinya oposisi ya, ya semacam kecenderungan untuk mengedepankan kepentingan yang kemudian itu juga ada," ujarnya kepada wartawan, Kamis (1/8/2019).
Baca Juga: Sedih, Mardani Sedih Lihat PDIP dan Nasdem Berantem
Baca Juga: Menteri Muda Jokowi Harus Lebih "Gila" dari Jokowi
Namun, ia melihat kekuatan Nasdem tidak terlalu kuat jika hanya dilakukan sendiri.
"Kalau Nasdem sendirian begitu itu tidak terlalu beresiko atau membahayakan tim pak Jokowi, tetapi kalau misalnya sikap Nasdem itu diikuti oleh partai besar lainnyaya seperti Golkar mungkin secara kolektif empat partai itu ya paling enggak itu cukup mengurangi basis dukungan bagi pak Jokowi," jelasnya.
Lanjutnya, ia mengatakan kekuatan oposisi di dalam koalisi belum akan terjadi dalam waktu dekat ini dikarenakan Nasdem masih berusaha untuk mendapatkan kursi kabinet maupun jabatan lainnya.
"Kalau dalam waktu dekat sepertinya kecil kemungkinan, karena mereka masih mengedepankan soal sharing power itu," ucapnya.
Sehingga, sambungnya, kekuatan oposisi di dalam koalisi itu diyakinkan akan terjadi dua tahun menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti.
"Potensi itu ada, tapi sekali lagi potensi seperti itu juga tergantung kondisi. Kita belum bisa melihat kepentingan yang bisa mereka dapat itu apa kan, mereka bisa rugi kalau salah mengambil sikap," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil