PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) mencetak penjualan bersih sebesar Rp172,9 miliar hingga Juni 2019. Angka ini naik 28% dibandingkan penjualan bersih di periode sama tahun sebelumnya senilai Rp135 miliar.
Selain itu, produsen batu bara berkalori tinggi dengan kadar abu dan sulfur rendah ini juga mencatatkan laba kotor sebesar Rp68,43 miliar, naik 19% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp57,68 miliar.
Sepanjang semester I 2019, kenaikan juga terjadi di sisi beban penjualan dan keuangan perseroan. Beban keuangan perseroan meningkat 124% menjadi Rp12,74 miliar dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Take Over Kredit, Borneo Olah Sarana Disuntik Rp55 Miliar
Direktur Keuangan BOSS, Widodo Nurly Sumady mengungkapkan, kenaikan beban keuangan tersebut dipengaruhi oleh investasi alat berat, pengembangan prasarana dan infrastuktur di wilayah tambang perusahaan.
Peningkatan beban ini berpengaruh terhadap capaian laba bersih perseroan pada kuartal II tahun ini, yakni tercatat sebesar Rp11,73 miliar, merosot 23% dari periode yang sama tahun lalu.
"Sepanjang semester pertama tahun ini, BOSS memang sedang melakukan pengembangan dan investasi. Terakhir bulan ini, BOSS melakukan penandatanganan perjanjian fasilitas kredit modal kerja antara PT Pratama Bersama (PB) dan PT Bank Resona Perdania (BRP) senilai US$3,5 juta," kata dia melalui siaran berita, Jumat (2/8/2019).
Dia menambahkan, "Tujuan dari semua aksi korporasi adalah meningkatan produksi tambang BOSS. Melalui investasi tersebut, saat ini BOSS dapat berproduksi rata-rata 75.000 MT per bulan, naik dari rata-rata produksi tahun lalu yang hanya sekitar 25.000 MT per bulan."
Baca Juga: BOSS Optimistis Produksi Batu Bara Meningkat di 2019
Menurut Widodo, meski ekonomi tengah melambat dan harga batu bara turun secara global akibat pasokan melimpah, BOSS justru berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 28% pada semester I 2019.
"Hal ini dikarenakan batu bara BOSS berkalori tinggi dengan kadar abu dan sulfur yang rendah masih banyak diminati oleh pasar yang membutuhkan standar tinggi dalam mengimpor batu bara, seperti Jepang dan Korea Selatan," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: