Peran penting KPPU dalam menjalankan tujuannya salah satunya adalah fokus pada sektor strategis pangan. KPPU akan terus mengkaji secara konfrehensif mengenai sektor ini.
Kepala Kantor Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Medan, Ramli Simanjuntak mengatakan, KPPU turun langsung memantau pola distribusi pangan, yang melibatkan berbagai pihak mulai dari petani, pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran, dimana masing-masing lini distribusi memiliki struktur pasar oligopopli dan cenderung membentuk harga yang mempengaruhi harga akhir yang diterima masyarakat.
"Diharapkan untuk kondisi pangan yang selalu fluktuatif ini perlu data yang komprehensf terkait dengan pasokan atau produksi dari setiap Kabupaten penghasil, untuk itu perlu adanya suatu Badan Usaha Pemerintah Daerah khususnya sektor pangan yang bertugas mengelola data dan stok pangan," katanya, Kamis (15/8/2019).
Baca Juga: Praktik Persaingan Usaha Tak Sehat, KPPU Lakukan Advokasi ke Pemkab Labuhanbatu Utara
Baca Juga: KPPU Catat 40 Pelaku Usaha di Sumut Tidak Kooperatif Jalankan Sanksi
Selain itu, BUMD harus memiliki fasilitas cold storage atau tempat penyimpanan sehingga jika harga rendah dapat ditampung oleh BUMD yang mengelola cold storage tersebut. Ini sangat diperlukan, karena hal yang mustahil bisa mengendalikan harga jika tidak mempunyai sistem penyimpanan maupun pasokan yang terjaga sepanjang waktu.
"Yang selalu menjadi masalah terkait cabai adalah manajemen stok mengingat cabai adalah komoditi yang tidak bisa bertahan lama" ujar Ramli.
Khusus di Sumatera Utara salah satu pasar Hortikultura terbesar di Sumut adalah Pasar Roga (Berastagi, Kabanjahe) pasar tersebut menjadi fokus pusat pantauan dan penelitian KPPU selain Doloksanggul, Humbang Hasundutan dan Saribu Dolok, Simalungun.
"Pasar Roga menjadi pusat pertemuan jual beli petani, pengepul, pedagang besar untuk di distribusikan ke Medan (Pusat Pasar dan Pasar Induk Lau cih) dan Kabupaten/ Kota lainnya di Sumut, juga sampai ke Aceh, Riau, Batam, dan Jambi," ujarnya.
Setiap hari di Pasar Roga (kecuali hari Minggu) menjadi denyut ekonomi untuk produk hortikultura seperti cabai, tomat, dan sayuran lainnya. Cabe merah dan rawit menjadi primadona selama 3 bulan terakhir dan menjadi salah satu pembentuk inflasi tinggi di Sumut.
"Selama tiga bulan terakhir pantauan KPPU harga tidak pernah lebih dari rata-rata Rp40.000 dari petani ke pengumpul, malah pernah mencapai Rp75.000,- dan pantauan terakhir pada hari Senin, 12 Agustus 2019 harga cabai menjadi Rp50.000-Rp55.000," ujarnya.
Hasil pantauan ditingkat petani, penyebab harga tinggi diakibatkan pasokan yang kurang. Terkait pasokan ini butuh informasi yang akurat dan ini menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi KPPU.
"Buruknya kondisi infrastruktur Pasar Roga pada saat ini perlu menjadi pusat perhatian. Di saat hujan kondisi jalan sangat rusak parah, becek dan penuh lumpur. Padahal Pasar Roga adalah pusat hortikulutra terbesar di Sumut dan disanalah informasi harga pertama yang menjadi acuan penjualan hortikulturan di Sumut," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil