Indonesia merupakan salah satu pasar yang fragmentasinya menghadirkan tantangan sekaligus potensi tertentu. Kesenjangan terkait akses ke layanan keuangan menjadi peluang besar bagi perusahaan fintech untuk memberikan manfaat humanistik dari ekosistem yang lebih mampu menyentuh populasi Indonesia yang belum terlayani dan belum mengenal perbankan untuk dapat terekspos pada inklusi keuangan.
Hal ini akan bermanfaat bagi semua pemain, menyokong posisi industri fintech di kawasan tersebut, serta mendorong pertumbuhan seluruh ekosistem fintech.
Calvin Goh, Pendiri Koku, menyatakan, dalam industri di mana pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan yang berbeda dari kompetitor, hal ini justru membuat kemampuan industri tersebut berada dalam keadaan stagnan.
Contohnya, dalam industri transportasi, kemunculan Uber tidak secara langsung memberikan kontribusi pada keseluruhan kemampuan industri, tetapi malah menciptakan gesekan di antara para pemain lain. Industri keuangan adalah industri di mana para pemainnya dapat bekerja sama membawa kekuatan dan keahlian mereka untuk berkolaborasi tanpa harus mengorbankan kemampuan mereka untuk tetap dapat bersaing.
Baca Juga: Fintech Bekingan Mantan Petinggi Tencent Ini Targetkan Gaet 10 Mitra Hingga 2020
"Alih-alih bertumbuh dalam kondisi silo, percaturan keuangan di Indonesia yang beragam dapat berkembang dan bertumbuh lebih baik lagi jika para pemain seperti perusahaan fintech, lembaga non-perbankan, dan perbankan tradisional saling berkerja sama."
"Walaupun terfragmentasi, ekosistem Indonesia dibangun dari berbagai pemain yang masing-masing memiliki tipe pengaruh dan kemampuan keuangan yang berbeda, seperti dalam hal metode pembayaran, keuangan konsumen, investasi, dan teknologi asuransi. Jika para pemain ini mampu memupuk pola pikir growth mindset, ekosistem ini akan tumbuh sejalan dengan para pemain yang saling melengkapi satu sama lain," kata dia belum lama ini.
Ekonomi digital seiring waktu akan memegang posisi pimpinan bagi generasi berikutnya, dan teknologi yang disediakan oleh perusahaan fintech mampu bertindak sebagai pengendali utama bagi pertumbuhan dan kemajuan ekonomi di Asia Tenggara.
Penting bagi pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan pasar-pasar lainnya di kawasan untuk mempromosikan kebijakan dan peraturan serupa yang mendorong kreativitas dan inklusi keuangan untuk merangsang inovasi fintech di kawasan ini.
Asean dapat menjadi salah satu pasar yang bisa dijangkau dan dimanfaatkan Indonesia untuk mengendalikan dan mempercepat perubahan, yaitu melalui pemahaman mengenai bahwa berkolaborasi melalui fintech dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di kawasan ini.
Contohnya, lembaga keuangan bukan bank (LKBB) seperti perusahaan pengiriman uang non-bank dan penyedia likuiditas telah mengambil manfaat dari fintech untuk menjangkau sejumlah pelanggan berbeda, baik di Indonesia maupun di pasar lain, seperti Singapura.
Di awal bulan ini, Liquid Group yang berbasis di Singapura telah berkolaborasi dengan CIMB Niaga Indonesia untuk membangun fasilitas pembayaran QR lintas-batas di antara kedua negara. Kemitraan ini menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan adopsi teknologi yang dinamis bagi penduduk, fintech dapat berkontribusi pada pertumbuhan lokal dan regional.
Satu dari tiga besar subsektor fintech di kawasan yang mampu berkontribusi pada pertumbuhan seluruh ekosistem adalah remitansi, salah satu segmen industri keuangan yang merupakan kekuatan Indonesia.
Baca Juga: Akseleran Tingkatkan Keamanan Transaksi Fintech dengan Tanda Tangan Digital
Namun, remitansi ini tidak hanya bertransaksi melalui bank tradisional, tetapi juga melalui saluran lainnya seperti perusahaan pengiriman uang non-bank dan penggunaan aplikasi e-wallet. Transaksi-transaksi yang melewati batas nasional seperti ini pada dasarnya kompleks serta melibatkan banyak pihak, mata uang, regulasi, pasar, risiko dan sistem.
Selain hambatan-hambatan ini, kemajuan strategis oleh para pemain utama mulai bergerak untuk mengatasi inefisiensi pembayaran remitansi; dan pasar seperti Indonesia berpotensial mendapat keuntungan dari perkembangan tersebut. Perkembangan ini telah hadir dalam bentuk kemitraan dan inistiatif-inisiatif berbasis lokal.
Contohnya, Visa dan Go-Jek telah mengumumkan kerja sama mereka untuk mengembangkan solusi fintech bagi populasi Indonesia dan Asia Tenggara yang belum tersentuh perbankan dan belum terlayani; perusahaan lokal Fintek Karya Nusantara baru-baru ini meluncurkan layanan e-payment baru, LinkAja, yang memungkinkan penarikan uang tunai tanpa kartu. Pengguna, termasuk masyarakat Indonesia yang belum tersentuh perbankan, kini dapat menarik uang tunai dari 40.000 ATM di seluruh negeri hanya dengan smartphone mereka.
Fintech berperan sebagai perekat katalis bagi para pemain di Indonesia dan Asia Tenggara lainnya agar selaras dan mengadopsi pendekatan kolaboratif untuk mengembangkan dunia keuangan di kawasan. Melalui kolaborasi, ekosistem ini mampu memperbaiki inefisiensi untuk memfasilitasi pengiriman lintas batas seperti remitansi untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi bagi penduduk di Asia Tenggara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: