Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AI, IoT, hingga VR Tingkatkan Produktivitas Industri Nasional

AI, IoT, hingga VR Tingkatkan Produktivitas Industri Nasional Kredit Foto: Medium
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah bertekad untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang maju dan sejahtera. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah akselerasi yang dilakukan membutuhkan kontribusi dari sektor industri manufaktur.

Oleh karenanya, industri manufaktur terus didorong untuk memperbanyak terobosan di tengah semakin ketatnya persaingan usaha. Inovasi melalui pemanfaatan teknologi dan efisiensi proses produksi akan menjadi kunci bagi penguatan daya saing industri manufaktur di Indonesia.

"Bapak Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan perlu ada lompatan jauh untuk mendahului kemajuan bangsa lain menuju visi Indonesia Maju," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Menperin menjelaskan, Indonesia sudah punya peta jalan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0. Ini tertuang dalam Making Indonesia 4.0 yang telah diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada April 2018 lalu.

"Jadi, kita sudah punya strategi ke depan dalam menghadapi era digitalisasi. Melaui roadmap tersebut, kita merevitalisasi sektor manufaktur dan membangun ekonomi berbasis inovasi," tuturnya.

Baca Juga: Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Harus Ciptakan Regulasi yang Adaptif

Adapun teknologi yang sedang berkembang seiring bergulirnya industri 4.0, antara lain berupa artificial intelligence (AI), advanced robotic, internet of things (IoT), 3D printing, dan augmented reality/virtual reality (AR/VR).

"Teknologi ini dinilai dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas bagi sektor industri secara lebih efisien. Sehingga sektor industri akan terus berkontribusi besar pada ekonomi," imbuhnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional pada triwulan II 2019 dengan capaian 19,52% (yoy). Ada tiga sektor yang menopang pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada kuartal II tahun ini, dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi yang berada di angka 5,05%.

Tiga sektor utama tersebut, yaitu industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh melejit hingga 20,71%, disusul industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh mencapai 12,49%. Selanjutnya, industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,99%.

Sementara itu, terjadi peningkatan investasi di sektor industri manufaktur, yang terlihat dari capaian penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) pada kuartal II 2019 yang melonjak dibanding kuartal sebelumnya. 

Sepanjang periode April-Juni tahun ini, sumbangsih sektor manufaktur pada PMDN senilai Rp22,2 triliun atau di atas perolehan periode sebelumnya yang mencapai Rp16,1 triliun. Sedangkan sumbangsih sektor manufaktur untuk PMA di triwulan II 2019 menyentuh hingga US$2,5 miliar atau lebih tinggi pada triwulan sebelumnya di angka US$1,9 miliar.

"Tentunya investasi memberikan multiplier effect dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, membuka lapangan kerja baru, serta penerimaan devisa dari ekspor dan pajak," ungkap Airlangga.

Pertumbuhan industri juga mendorong terwujudnya Indonesia sentris dalam memeratakan pembangunan infrastruktur dan ekonomi secara inklusif.

Baca Juga: Ekspor Karet Meningkat Tajam, Indonesia Produsen Terbesar Kedua di Dunia

Oleh karena itu, Menperin mengemukakan, pemerintah sedang gencar mendongkrak nilai investasi terutama dari sektor industri. Selain guna memperkuat struktur perekonomian nasional, akan pula membawa dampak terhadap pendalaman struktur manufaktur nasional sehingga akan berdaya saing global.

"Investasi pun memacu kapasitas produksi sektor industri, sehingga seperti yang diinginkan oleh Bapak Presiden, kita harus berani melakukan ekspansi. Tidak hanya bermain di pasar dalam negeri, tetapi produk-produk kita harus mampu membanjiri pasar regional dan global," paparnya. 

Sepanjang Januari-Juni 2019, pengapalan produk manufaktur nasional mampu menembus US$60,14 miliar. Nilai ini berkontribusi sebesar 74,88% dari capaian ekspor nasional yang menyentuh angka US$80,32 miliar di semester pertama tahun ini. "Jadi, produk manufaktur masih mendominasi ekspor kita," tutur Airlangga.

Tiga sektor yang menyetor paling besar terhadap nilai ekspor nasional pada semester I 2019, yaitu industri makanan sebesar US$12,36 miliar, kemudian industri logam dasar US$8,14 miliar, serta disusul industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$6,37 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: