Tak Ada Pemain Lokal di Top 5, Korea dan China Kuasai Pasar Smartphone Indonesia
Pengiriman smartphone mencatatkan rekor baru dengan jumlah 9,7 juta unit pada kuartal II 2019. Sebagian penyebabnya dikarenakan oleh antisipasi para vendor smartphone dalam menghadapi rencana pemerintah untuk membatasi impor smartphone ilegal (black market).
Market Analyst International Data Corporation (IDC), Risky Febrian menyatakan, untuk pertama kalinya, produsen lokal terlempar dari posisi 5 besar di kuartal kedua tahun ini. Adalah Realme yang menggantikan posisi Advan di peringkat 5. Tekanan kompetisi yang tinggi di segmen ultra low-end (di bawah US $100), terutama dari Xiaomi dan Samsung mengakibatkan performa merek lokal terus menurun.
"Empat dari lima vendor smartphone teratas di Indonesia berasal dari China. Vendor lokal tidak lagi berada di top 5. Terakhir kali vendor lokal berada di top 5, yakni pada kuartal I lalu, di mana Advan berada di posisi 5," kata dia belum lama ini.
Baca Juga: Kisah Sukses Lei Jun, Merintis Smartphone Xiaomi yang Membawanya Jadi Orang Terkaya di China
Ditambahkan Risky, posisi pertama diisi oleh Samsung dengan pangsa pasar 26,9%. Samsung sendiri baru memperkenalkan seri Galaxy A mereka, yang berhasil memperkuat posisi mereka di segmen mid-range (US$200-US$400) dan high-end (US$400-US$600). Samsung mampu menawarkan perangkat dengan spesifikasi, fitur, dan rentang harga yang lebih kompetitif.
Posisi kedua diisi oleh Oppo dengan pangsa pasar 21,5%. Oppo memeroleh pangsa yang signifikan di segmen low-end (US$100-US$200) karena cakupannya yang luas di pasar offline dan didukung oleh peluncuran model baru A1K.
Lalu disusul Vivo di posisi ketiga dengan pangsa pasar 17%. Vivo terus menunjukkan pemasaran yang agresif, baik offline maupun online. Hal ini mendorong permintaan produk-produk kelas menengah (US$200-US$400), khususnya pada seri V15.
Baca Juga: Bos Apple Ternyata Anti-Smartphone
Posisi keempat diisi Xiaomi dengan pangsa pasar 16,8%. Xiaomi memperkenalkan model Redmi 7 dan Redmi Note 7. Redmi Go mampu melampaui pengiriman Advan dan Evercoss di kelas ultra low-end (di bawah US$100). Namun, tingginya permintaan Redmi Note 7 membuat harganya melambung tinggi.
Terakhir, Realme dengan pangsa pasar 6,1% mengisi posisi kelima. Realme menerapkan strategi portofolio produk yang agresif dan memperkenalkan seri C2 dan 3 Pro. Selain spesifikasi dan desain fisiknya yang kompetitif, Realme menerapkan inisiatif pengendalian harga yang ketat. Hal ini memberikan keunggulan dibandingkan pesaingnya dalam kisaran harga yang sama.
Sementara vendor lokal terakhir kali berada di top 5 adalah Advan pada kuartal I 2019. Saat itu, posisi Advan berada di posisi 5.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti