Rumor Polisi Eksekusi 3 Demonstran Guncang Publik Hong Kong
Pemerintah Hong Kong, mendengar rumor yang tersebar luas yang sangat mengganggu yang terjadi pada para demonstran. Pemerintah tersebut buru-buru menepis rumor yang menyebutkan tiga demonstran dieksekusi mati oleh petugas polisi saat protes massa berlangsung.
Pemerintah mengecam para pembuat rumor yang mereka sebut sebagai tindakan "tidak bertanggung jawab".
"Sangat disesalkan bahwa rumor yang tidak bertanggung jawab seperti itu terus menyebar. Untuk menabur perpecahan dan ketidakpuasan dalam masyarakat pada saat pemerintah dengan tulus berusaha membangun wadah dialog," kata pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip South China Morning Post, Senin (9/9/2019).
Baca Juga: Demonstran: Donald Trump Harus Bebaskan Hong Kong!
Desas-desus berupa rekaman video itu menyebar luas secara daring setelah pemrotes anti-pemerintah bentrok dengan polisi antihuru-hara dalam protes akhir pekan lalu.
Rekaman video yang viral menunjukkan para polisi menyerbu kereta api dan terlihat memukuli demonstran serta menyemprotkan gas air mata saat para pendemo memohon agar para petugas polisi menghentikan tindakannya.
Polisi mengklaim bahwa mereka memasuki stasiun atas permintaan pihak MTR (Mass Transit Railway) Corp untuk menghentikan pemrotes dari tindakan mereka yang merusak mesin tiket dan melecehkan penumpang kereta api yang sudah berusia lanjut.
Tak lama setelah itu, rumor menyebar luas bahwa tiga orang telah meninggal. Laporan lain menyebut jumlah orang yang meninggal adalah enam orang. Namun nama-nama korban itu tidak disebutkan.
Pada Jumat (6/9/2019) malam, seorang wanita mengatakan kepada Hong Kong Free Press bahwa temannya adalah salah satu di antara enam orang yang "dieksekusi" oleh polisi. Wanita yang berbicara dengan syarat anonim itu mengklaim orang tua korban gagal melihat jasadnya.
Tetapi polisi menolak klaim perihal adanya kematian. MTR Corp juga membantah desas-desus tersebut. Otoritas Rumah Sakit, badan hukum yang mengelola semua rumah sakit pemerintah di Hong Kong, mengaku tidak memiliki catatan kematian terkait dengan insiden tersebut.
Baca Juga: Berbeda dengan PM China, Kanselir Jerman Bilang Kebebasan Hong Kong Harus Dijamin
Meskipun demikian, orang-orang mengunjungi Prince Edward MTR Station dengan menempatkan ratusan bunga putih dan simbol lainnya di pintu masuk sebagai solidaritas bersama para pengunjuk rasa.
Selama akhir pekan, ribuan demonstran di Hong Kong mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk "membebaskan" wilayah semi-otonom China itu dari rezim Beijing.
Demonstran membanjiri sebuah taman di pusat Hong Kong dengan meneriakkan beberapa slogan seperti; "Resist Beijing, Liberate Hong Kong" dan "Stand with Hong Kong, fight for freedom".
Banyak dari mereka, yang mengenakan kemeja hitam dan mengenakan topeng, mengibarkan bendera Amerika Serikat dan membawa poster bertuliskan; "Presiden Trump, tolong bebaskan Hong Kong". Mereka berjalan menuju Konsulat AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: