Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 yang digelar di Jakarta Convention Centre resmi dibuka pada Senin (23-24/2019). Kegiatan ini menjadi ajang showcase bagi para pelaku fintech di Indonesia dari berbagai kategori, mulai dari peer to peer lending, equity crowd funding, hingga sistem pembayaran.
Menteri Koodinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, saat membuka acara tersebut mengungkapkan, perkembangan Ekonomi digital dalam bentuk financial technology (fintech) menjadi penyokong perekonomian dunia melalui mekanisme penciptaan pekerjaan baru (job creation) di masa mendatang. Hingga 2016, ekonomi digital berkontribusi sekitar 22% terhadap perekonomian global.
Baca Juga: Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 Resmi Dibuka Hari Ini
Menurut Darmin, fintech, adalah job masa depan. Di dalam era digital ini, pekerjaan akan cepat sekali berubah. Ada yang tinggal dan tidak muncul lagi, ada yang baru, dan ada yang muncul lagi, dan fintech adalah job masa depan yang terus diciptakan.
Perekonomian digital di Indonesia berkembang pesat, seperti tercermin dari jumlah pengguna smartphone dan internet yang semakin banyak dari tahun ke tahun. Pada 2018, pengguna smartphone sudah mencapai 133% dari populasi, dan pengguna internet sudah mencapai 56% dari populasi.
"Hal ini menunjang perkembangan dari ekonomi digital di nusantara ini. Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan meningkat pesat pada 2025 di mana nilai pasarnya akan mencapai US$100 miliar," jelas Menko Darmin.
Baca Juga: Dukung Inklusi Keuangan, OJK Gelar Indonesia Fintech Expo 2019
Dan dalam industri keuangan, adopsi teknologi terjadi begitu masif sehingga dapat mengubah cara masyarakat mengakses layanan keuangan. Pada ujungnya, dengan beragamnya produk dan layanan fintech diharapkan dapat mempercepat terwujudnya inklusi keuangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Chairman Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menambahkan, selaku penyelenggara kegiatan tersebut mengaku mendukung regulasi pemerintah terkait ekonomi digital. Aspek yang paling penting adalah supaya ada keadilan dan regulasi tidak menyulitkan startup kecil.
Niki menyebut regulasi penting demi menambah kepercayaan pengguna jasa serta mencegah terjadinya efek negatif yang sistemik di sektor keuangan. Menurutnya, agar pertumbuhan industri bisa tumbuh sustainable dan bisa tahan jangka panjang, yang perlu dilakukan adalah melindungi konsumen.
Baca Juga: Fintech Pecahkan Tantangan Sosial Ekonomi Indonesia di Masa Depan
Termasuk soal data, Niki mengaku siap mengikuti arahan pemerintah akan hal itu. Namun, dia juga minta agar penerapannya adil, jangan sampai ada perusahaan teknologi yang tetap memakai layanan di luar negeri jika sudah dilarang.
Terkait RUU Perlindungan Data, Niki mengatakan, pelaku fintech yang tergabung dalam Aftech sedang fokus mendengarkan aspirasi masyarakat terkait RUU itu. Dia berharap, pemerintah bisa melakukan harmonisasi aturan seperti terkait infrastruktur digital di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika, lalu regulasi finansial bersama BI dan OJK, serta dengan Kementerian Hukum dan HAM.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Lestari Ningsih