Ekosistem Digital: Cara Perusahaan Menangkan Pertarungan Bisnis
Perusahaan-perusahan kini makin banyak yang bertransformasi menuju ekosistem kolaborasi teknologi informasi agar bisa tetap bertahan. Khususnya, industri-industri manufaktur dan layanan jasa tradisional offline.
DBS Group Research mendefinisikan ekosistem merupakan suatu penyatuan entitas industri yang berbeda-beda ke dalam satu organisasi baru. Organisasi baru ini menawarkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, yang tidak akan dapat dilakukan oleh perusahaan atau sektor industri itu secara sendirian.
Dengan membentuk ekosistem, pelaku pasar memiliki kemampuan untuk memenuhi apa yang paling diinginkan pelanggan. Sebab, seringkali yang terjadi adalah perusahaan justru tidak bisa mengetahui sepenuhnya kebutuhan pelanggan mereka. Karena itu, kini perusahaan-perusahaan tradisional mulai sadar untuk mengubah model bisnis agar tidak jatuh bangkrut.
Baca Juga: Bagaimana Pengiklan Bisa Memenangkan Hati Pengguna di Dunia Digital?
"Saat membangun ekosistem, data dari pihak pertama dan kedua merupakan kunci keberhasilan. Penelitian kami menunjukkan, pemain besar tradisional di industri, seperti perbankan dan layanan jasa keuangan, telekomunikasi, dan asuransi, dengan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data akan memiliki keuntungan yang berbeda," kata DBS Group Research dalam risetnya Pivot or Perish: Ecosystem, the Emerging Business Model, yang dipublikasikan Januari 2019 lalu.
DBS Group Research menyebutkan, model bisnis memang terus mengalami perubahan dan berevolusi. Jika pasca-Perang Dunia hingga 1980 model bisnis adalah konglomerasi dengan operasional lintas industri, maka di era 1980 sampai sekarang, perusahaan menjadi spesialis yang hanya fokus pada satu industri. Ke depan, dengan meningkatnya ekosistem kolaborasi, batas-batas sektor industri itu menjadi kabur.
Dengan mengadopsi infrastruktur cloud, menurut DBS Group Research, perusahaan-perusahaan tradisional akan jadi lebih gesit karena mereka dapat menyesuaikan infrastruktur teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.
Selain itu, akan memudahkan proses kolaborasi di dalam dan di luar perusahaan serta memudahkan operasional seluruh organisasi perusahaan secara real-time. Dengan memanfaatkan potensi Internet of Things (IoT), data dapat dikumpulkan dan diproses dalam cloud. Cloud memiliki peran teknologi informasi yang sangat penting dalam ekosistem ini.
Lewat IoT, produk-produk fisik dapat terkoneksi dengan dunia online. Industri manufaktur dan layanan jasa tradisional kini memiliki akses data terhadap produk mereka. Begitu pula pelanggan juga bisa membeli produk-produk tersebut melalui akses yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Hal inilah yang menjadi titik balik bagi para pemain lama di dunia offline, sebab yang membedakan antara pemain lama offline dengan pemain baru berbasis online adalah akses data ini.
Berkat bisa mengakses begitu banyak dan beragam data itu, sekarang perusahaan petahana memiliki kemampuan untuk menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah serta membangun kemitraan lintas industri yang berbeda-beda. Dengan demikian, tercipta model ekosistem baru dari para petahana yang tadinya hanya menjalankan bisnis mereka secara offline.
Sebelum 1980, tak sampai 25 persen korporasi industri besar yang masuk dalam Fortune 500 melakukan semua penjualan yang didefinisikan secara luas. Contohnya, ITT. Industri manufaktur ini pada 1960-1970an telah mengakuisisi sebanyak 275 perusahaan dari berbagai sektor industri.
Dengan skala yang begitu besar, akibatnya utang perusahaan meningkat. Laba dan nilai saham juga turun. ITT kemudian membuang model bisnis konglomerasinya dan menjadi perusahaan yang mengkhususkan diri hanya memproduksi komponen-komponen untuk pasar kedirgantaraan, transportasi, dan energi.
Begitu pula Tencent. Perusahaan asal China yang tadinya hanya bergerak di sektor layanan gaming and entertainment, sekarang menjadi perusahaan yang berhasil mengembangkan ekosistem pembayaran, layanan online to offline (O2O), belanja, dan masih banyak lagi lewat aplikasi WeChat-nya.
Digital McKinsey Insights dalam publikasinya pada 2018, Winning in Digital Ecosystems, menyebutkan bahwa digitalisasi menyebabkan terjadinya perombakan radikal yang melampaui batas-batas industri tradisional.
Dunia ekosistem digital akan menjadi model yang sangat berfokus ke pelanggan, di mana pengguna dapat menikmati pengalaman dari ujung ke ujung. Ekosistem akan terdiri dari beragam pemain yang menyediakan solusi multi-industri yang diakses secara digital.
Hubungan ekosistem ini pada gilirannya akan memungkinkan perusahaan memenuhi harapan pelanggan dengan lebih baik. Internet, kekuatan analisis data mutakhir, dan kematangan kecerdasan buatan (AI) membuat konsumen mendapatkan solusi terbaik, yang disampaikan hanya dalam hitungan milidetik.
McKinsey meyakini pada 2025 akan ada pendapatan tahunan sekitar US$60 triliun yang terdistribusi ke seluruh dunia. Jumlah itu sepertiga dari total pendapatan perusahaan di dunia di tahun itu.
Dinamika ini terjadi di sektor teknologi tinggi, media, dan telekomunikasi, didukung oleh raksasa teknologi yang telah membangun platform yang menjalankan seluruh ekosistem.
Untuk memenuhi ekspektasi pelanggan yang cenderung terus meningkat, perusahaan memperluas jangkauan produk dan layanan mereka, tidak seperti sebelumnya. Mereka juga membuat aliansi dengan perusahaan lain, bahkan dengan pesaing mereka, untuk menciptakan jaringan penawaran dan layanan yang saling melengkapi.
Baca Juga: Ini Daftar Pekerjaan Populer di Era Digital, Apa Saja Tuh?
Apa saja langkah-langkah yang diperlukan untuk memasuki ekosistem digital? Pertama, adopsi pola pikir ekosistem. Perusahaan harus memperbaiki visi dan sebagai pemimpin perusahaan cobalah untuk bertanya pada diri sendiri, seperti "Bagaimana kita dapat mengamankan apa yang kita miliki dan mengedepankan keunggulan dibandingkan dengan pesaing kita?"
Kedua, ikuti data. Di dunia tanpa batas ini, data tak ubahnya seperti koin atau mata uang. Bersaing secara efektif berarti mengumpulkan data dalam jumlah besar dan mengembangkan kemampuan untuk menyimpan, memproses, dan menerjemahkan data ke dalam wawasan bisnis yang dapat ditindaklanjuti.
Ketiga, bangun ikatan emosional dengan pelanggan. Anda harus terus bertanya, "Apa rencana kami untuk menggunakan data, konten, dan peralatan digital untuk terhubung secara emosional dengan pelanggan?" dan "Apa lagi yang bisa kami sediakan, dengan kesederhanaan dan kecepatan untuk memperkuat ikatan konsumen kami?"
Terakhir, ubah paradigma kemitraan Anda. Mengingat peluang untuk melakukan spesialisasi yang diciptakan oleh ekonomi ekosistem, perusahaan membutuhkan lebih banyak dan berbagai jenis mitra. Mulailah bertanya mitra seperti apa yang paling Anda butuhkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: