Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 30.85 poin atau 0.5% ke level 6.138.25 poin. head of Research Relliance Sekuritas, Lanjar Nafi mengatakan bahwa hal tersebut karena adanya sentimen geopolitik dalam negeri akan kekhawatiran aktifitas bisnis ditengah ramainya demonstran yang menghadang diresmikannya RUU.
“Terlihat, indeks sektor infrastruktur -0.99% dan pertambangan -0.68% memimpin pelemahan. Saham INCO -3.70% dan ANTM -2.05% turun signifikan mengiringi harga nikel yang mengalami trend bearish terkoreksi cukup dalam awal pekan kermarin,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Baca Juga: IHSG Ditutup Koreksi 0,50% di Akhir Sesi II
Dimana, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp607.11 miliar mengiringi ketidak kondusifannya di Indonesia dan pergerakan rupiah sendiri melemah 0.15% kelevel Rp14216 per USD.
Menurutnya, IHSG secara teknikal diperkirakan akan bergerak kembali berfluktuasi negatif rentan menguji support dengan support resistance 6100-6176.
“Saham-saham secara teknikal yang masih dapat dicermati yakni AALI, SIMP, INKP, SMGR, TPIA, BRPT, INTP, HMSP, BBTN, PGAS, ADRO, LPCK, LPKR, SCMA dan AKRA,” terangnya.
Baca Juga: IHSG Tak Bergairah Karena . . .
Adapaun, bursa saham Jepang ditutup menguat lebih dari setengah persen tanpa bursa saham Tiongkok dan Hongkong. Indeks Nikkei 225 (+0.59%) dan TOPIX (+0.96%) naik seiring lelang utang pemerintah yang lemah di Tokyo mengguncang pasar obligasi, dan imbal hasil melonjak hampir di mana-mana. Yen Jepang turun 0,3% menjadi 108,39 per dolar. Data indeks kinerja di Jepang naik menjadi faktor pendorong meskipun tidak sesuai ekspektasi.
Sementara itu, bursa saham Eropa terkonsolidasi dengan melemah tipis. Indeks Eurostoxx (-0.08%), FTSE 100 (-0.24%) dan DAX (-0.10%) turun karena para investor memulai kuartal keempat masih bergulat dengan serangkaian risiko makro dan data menunjukkan sektor manufaktur kawasan euro merosot pada bulan September 2019. Angka-angka pabrik Eropa hanya menambah kesuraman bagi para investor yang menghadapi daftar ancaman saat ini termasuk segala sesuatu dari perang dagang yang berlarut-larut dan Brexit hingga protes di Hong Kong.
“Sentimen selanjutnya masih akan tanpa bursa Tiongkok dan Hongkong. Data indeks kepercayaan konsumen dan tingkat investasi asing di Jepang akan rilis dengan ekspektasi lebih rendah dari periode sebelumnya. Dari AS akan rilis data pengangguran bulan September 2019,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri