Gadis 9 Tahun di Brasil Dicekik dan Digantung di Pohon, Pelaku Pembunuhan Baru Berumur. . .
Seorang gadis muda autis dilaporkan dicekik hingga tewas dan diikat ke pohon oleh seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Seperti dilaporkan Mirror, Rabu (2/10/2019) kasus pembunuhan berawal saat Raíssa Caparelli hilang dari acara amal yang dia hadiri bersama keluarganya di São Paulo, Brasil, pada akhir September 2019.
Tubuhnya langsung ditemukan sekitar 4 kilometer (km) dari lokasi festival, diikat dengan tali ke pohon di taman kota.
Walau tali melingkar di lehernya, penyelidik tidak percaya dia gantung diri karena kakinya masih menyentuh tanah.
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun mengaku membunuh gadis tersebut. Ibu korban, Rosevânia, menuturkan kepada Brazilian Record TV jika pembunuhan anaknya merupakan tragedi yang telah merobek hatinya.
Baca Juga: Ngeri Banget! Sudah Bandar Narkoba, Jadi Dalang Pembunuhan 100 Orang Pula
“Raíssa anak yang manis dan patuh.” Ujar ibu korban.
"Karena autis, dia takut dan pemalu bahkan tidak berhubungan dengan orang yang tidak dikenalnya." Terangnya.
Polisi mengatakan bahwa Raissa masih sadar saat disiksa.
"Cedera di wajahnya sangat parah sehingga sulit untuk mengidentifikasi dia,"
kata Eduardo Marturano, polisi yang menangani kasus pembunuhan tersebut.
Korban diketahui menderita luka parah di bahu dan luka dalam di tubuh dan kakinya. Tak ditemukan ada senjata yang di TKP namun forensik mencurigai bahwa sepotong kayu, mungkin cabang pohon, digunakan untuk memukuli korban.
Diduga ada tanda-tanda pelecehan seksual.
Kaus kaki pria cokelat ditemukan terikat di lengan kiri korban bersama dengan pita rambut biru. Kamera keamanan memperlihatkan korban, yang memakai pakaian merah muda, menyeberang jalan bersama dengan anak laki-laki yang mengaku membunuh sekitar pukul 12.30 malam.
Pada pernyataan yang dibuat ke polisi, tersangka mengklaim dia hanya berjalan dengan korban. Keduanya tinggal di jalan yang sama, bermain bersama dan belajar di sekolah yang sama.
Jenazah korban ditemukan sekitar jam 2 siang pada hari yang sama oleh petugas keamanan taman yang memberi tahu polisi. Pihak berwajib menyebutkan kepada polisi dia mengambil jalan pintas melalui hutan, saat itu lah dia melihat mayat yang tergantung di pohon.
Baca Juga: Mohammed bin Salman Jawab Kasus Pembunuhan Jurnalis Khashoggi
Darah ditemukan di daerah dekat tempat gadis itu ditemukan, bersama dengan sepasang sandal jepit, sebuah kantong plastik transparan kecil dan jubah tahan air merah besar. Ibu bocah lelaki itu membawanya ke kantor polisi setelah dia mengaku di depan kerabat telah melakukan kejahatan.
Kepada polisi, tersangka mengaku telah memukul kaki dan wajah korban, lalu mengikatnya.
"Kami percaya terdakwa mulai menyerang Raissa sebelum sampai ke pohon itu. Pertama dia memukulnya menggunakan cabang pohon. Kami masih mencari cabang tersebut."
Usai mengakui pembunuhan itu, dia mengubah kesaksiannya, mengklaim seorang pria bertato yang menggunakan sepeda, yang dia panggil Baianinho, mengancamnya dengan pisau dan memaksanya untuk membantu untuk membunuh gadis itu.
"Investigasi kami juga berlanjut dengan maksud mengidentifikasi potensi pelaku kejahatan lainnya,” kata kepala polisi setempat.
Tetapi, pihak kepolisian menjelaskan penryataan bocah itu banyak yang kontradiksi dan tidak konsisten.
"Dia mengklaim mereka naik bus ke taman setelah meninggalkan festival dan diduga mengatakan kepada penjaga taman bahwa dia tidak mengenali tubuh gadis itu. Keduanya tidak benar," kata polisi.
Baca Juga: Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi: Itu Terjadi di Depan Mata Saya
Gadis tersebut memisahkan diri dari ibunya untuk bermain trampolisn bersama bocah lelaki tersebut. Ketika dia kembali dari perjalanan untuk mendapatkan popcorn, putrinya telah menghilang.
Perburuan segera diluncurkan oleh penyelenggara festival dan sejumlah pengunjung.
“Selama beberapa minggu terakhir, putri saya berteman dengan bocah itu. Kami tinggal kurang dari seratus meter di jalan yang sama.
“Dia sangat dekat dengan saya dan tidak akan meninggalkan saya, tetapi dalam beberapa hari terakhir dia cukup percaya diri untuk bermain dengan (anak sekolah) di luar.
Marturano menuturkan dia sedang menunggu laporan psikologis tentang anak muda yang tampaknya menolak memberikan motif untuk kejahatan tersebut.
Apabila terbukti bersalah, hakim harus menentukan apakah terdakwa harus dirawat di rumah sakit selama minimal tiga tahun atau ditahan di penjara khusus anak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: