Demo di Hong Kong belum juga usai hingga saat ini. Para konglomerat di sana memilih angkat kaki dan beralih ke Irlandia. Perekonomian juga merasakan dampak buruknya. Selama tujuh hari terakhir, ekonomi Hong Kong setidaknya telah kehilangan HK$1,8 miliar atau sekitar Rp5 triliun.
Data tersebut diungkap oleh analis lokal dan para pemimpin bisnis di sana. Sektor pariwisata di kota tersebut jeblok, bahkan jaringan kereta api pun sampai lumpuh.
Parahnya lagi, para ahli yang berbicara dengan South China Morning Post (SCMP) mengatakan, kerusakan pada sektor bisnis tertentu seperti ritel, makan, transportasi dan hotel, bahkan bisa melebihi HK$ 1,9 miliar selama liburan tiga hari di akhir pekan.
Baca Juga: Demo Tak Kunjung Padam, Para Konglomerat Hong Kong Minggat ke Irlandia
Anggota parlemen pariwisata Yiu Si-wing mengatakan bahwa angka kedatangan turis dari 1 Oktober hingga 6 Oktober, saat libur nasional digelar, turun 53,6% dari tahun lalu menjadi 730.000.
Yiu mengatakan, pengunjung ke Hong Kong rata-rata menghabiskan HK$4.000 selama mereka di kota. Berdasarkan rata-rata itu, ia menghitung bahwa jumlah pengunjung yang menurun berarti kehilangan setidaknya HK$2,8 miliar sejak 1 Oktober.
Baca Juga: Kota Hong Kong Berantakan, Konglomerat Sumbang Rp1,78 Triliun untuk Pemulihan
Selanjutnya, seorang ekonom Andy Kwan dari Pusat Penelitian Bisnis dan Ekonomi ACE, juga memperkirakan bahwa sektor ritel mengalami kerugian dalam penjualan sekitar HK$1 miliar.
"Dampak dari protes terhadap ekonomi hanya jangka pendek," katanya, "bagaimanapun, saya pikir tidak semua orang adalah pengunjuk rasa yang sebenarnya. Beberapa menyamar sebagai pengunjuk rasa.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: