Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kaisar Jepang Dikritik Masyarakat, Kenapa?

Kaisar Jepang Dikritik Masyarakat, Kenapa? Kredit Foto: (Foto: Reuters)

 

Usai kekalahan Jepang, beberapa pihak merasa keluarga kekaisaran harus dihilangkan sama sekali. Namun, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat (AS) mencabut kekuasaan politik kaisar, mengabadikan perannya yang terbatas sebagai simbol negara dalam konstitusi yang baru.

 

Konstitusi juga menetapkan bahwa "negara akan menahan diri dari pendidikan agama atau kegiatan keagamaan lainnya", sebuah kritik yang mengatakan bahwa pemerintah akan melanggar dengan mengalokasikan uang publik untuk ritual kekaisaran tahun ini. Kritik tidak hanya datang dari kalangan Kristen, tetapi juga dari biksu Budha sampai profesor universitas.

 

Tetapi, Putra Mahkota Akishino membela alokasi pengeluaran tersebut. Dia mengatakan bahwa meski upacara Daijosai merupakan ritual Shinto, efeknya sangat besar pada masyarakat Jepang secara umum.

 

Baca Juga: Kaisar Jepang Tampil dengan Gaya Santai, Disebut Kaisar Kekinian

 

"Tetapi kedua upacara itu sangat besar dalam hal ukuran dan pengeluaran, serta perhatian media, sehingga mereka memiliki dampak yang sangat besar pada masyarakat,” kata Akishino.

 

Pemerintah menjelaskan bahwa ritual itu adalah "acara publik" dan karenanya layak untuk didanai dengan dana publik. Dan pengeluaran tidak akan berjumlah kecil mengingat pengeluaran untuk semua upacara terkait penobatan mencapai hingga 16 miliar yen.

 

Pemerintah telah menyisihkan USD64 juta (sekira 6,9 miliar yen) dana kabinet untuk acara-acara tersebut, dengan sisanya dibagi antara rumah tangga kekaisaran, yang didanai oleh uang pembayar pajak, agen polisi nasional, dan kementerian luar negeri dan pertahanan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: