Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eks Dubes AS Sebut Donald Trump Beri Bantuan Militer ke Ukraina

Eks Dubes AS Sebut Donald Trump Beri Bantuan Militer ke Ukraina Kredit Foto: Foto/BBC
Warta Ekonomi, Washington -

Mantan duta besar (dubes) AS untuk Ukraina Bill Taylor membeberkan bahwa Presiden Donald Trump akan memberikan bantuan militer kepada Ukraina dengan syarat Presiden Volodymyr Zelensky melakukan penyelidikan tergadap politikus saingannya, serta mantan wakil presiden AS Joe Biden. Taylor menjelaskan hubungan dengan Ukraina telah "dirusak secara mendasar”.

 

Presiden Trump menyebutkan tidak ada kesepakatan seperti itu, atau pertukaran bantuan, dalam kebijakan Ukraina.

 

j61t682p7sazw3ojw67d_20564.jpg

 

Taylor menjelaskan kepada anggota parlemen dalam penyeldikan pemakszulan Trump bahwa presiden telah menjelaskan bahwa dia ingin penyelidikan yang diumumkan secara publik pada atas dan dugaan campur tangan Ukraina dalam pemilihan AS 2016.

 

Baca Juga: Presiden Ukraina Gelar Konferensi Pers Belasan Jam, Bahas Apa?

 

"Hubungan kami dengan Ukraina pada dasarnya dirusak oleh saluran tidak resmi, informal AS, pembuatan kebijakan dan oleh pemotongan bantuan keamanan vital untuk alasan politik domestik," kata Taylor dalam pidato pembukaan mengutip BBC, Rabu (23/10/2019).

 

Saluran informal dan utusan AS ke Ukraina Kurt Volker, Duta Besar untuk Uni Eropa Gordon Sondland, Sekretaris Energi Rick Perry dan pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani.

 

7pyqul3lmljfgnirf4q6_15717.jpg

 

Taylor nenilai bahwa dia mendengar anggaran Gedung Putih dan staf manajemen mengatakan dia diperintahkan untuk tidak melepaskan bantuan ke Ukraina dan menyadari "salah satu pilar utama dari dukungan kuat kami untuk Ukraina terancam".

 

 

"Saya mengatakan pada 9 September dalam pesan kepada Duta Besar Gordon Sondland bahwa menahan bantuan keamanan dengan imbalan bantuan dengan kampanye politik domestik di Amerika Serikat akan 'gila'," kata Taylor. "Aku percaya itu, dan aku masih percaya itu."

 

Komentar Taylor terlihat bertentangan dengan pernyataan Sondland sebelumnya di hadapan anggota parlemen, di mana dia mengatakan dia "tidak berdiskusi" dengan pejabat negara bagian atau pejabat Gedung Putih mengenai penyelidikan Bidens.

 

Taylor, seorang diplomat yang telah menjadi utusan AS ke Ukraina sejak Juni, adalah saksi terakhir yang memberikan kesaksian di hadapan anggota parlemen dalam penyelidikan yang dipimpin Partai Demokrat atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden Trump.

 

Transkrip panggilan yang dilakukan Trump kepada Presiden Volodymyr Zelensky yang baru di Ukraina pada 25 Juli menunjukkan bahwa ia mendesaknya untuk menyelidiki tuduhan korupsi yang didiskreditkan terhadap Biden dan putranya, Hunter. Sementara Biden memiliki peran penting dalam kebijakan AS terhadap Ukraina sebagai wakil presiden, Hunter Biden bergabung dengan dewan perusahaan gas Ukraina, Burisma.

 

Perusahaan tersebut telah diselidiki oleh mantan jaksa penuntut umum Ukraina Viktor Shokin. Mengomentari kesaksian terbaru di Kongres, sekretaris pers Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Presiden Trump tidak melakukan kesalahan, ini adalah kampanye kotor terkoordinasi dari anggota parlemen sayap kiri dan birokrat radikal yang tidak terpilih yang berperang dengan Konstitusi".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Bagikan Artikel: