"Pertanyaan yang dihadapi operasi lokal seperti Go-Viet adalah bagaimana struktur komando yang akan dijalankan? Seberapa banyak kepercayaan yang Anda tempatkan pada tim lokal? Banyak, terlalu banyak, sedikit, atau malah terlalu sedikit? Sampai tingkat mana mereka dapat membuat keputusan dengan sumber daya apa yang mereka miliki?" tanya Alex.
Perjalanan ekspansi regional tampaknya belum akan landai bagi Gojek. Dengan tidak adanya traction yang signifikan di tahun ini, sulit bagi Gojek untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik di masing-masing pasar. Mereka menghadapi persaingan di dua medan: bertarung dengan Grab yang terus melakukan pendalaman pasar di Indonesia sekaligus bertarung di Asia Tenggara dengan posisi yang kurang tertinggal.
Baca Juga: 9 Tahun Mengaspal, Ini 4 Fokus Strategi Bisnis Gojek! Nomor 2 Ambisius Abis
"Apalagi mereka baru saja ditinggalkan pendirinya, Nadiem Makarim. Kita lihat bagaimana tahun depan," Alex menutup pemaparannya.
Alex juga mengungkapkan, studi yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), mencatat bahwa GOJEK bersama para mitranya memberi kontribusi ke ekonomi Indonesia mencapai Rp44,2 triliun di tahun 2018. Riset kontribusi ekonomi dari GOJEK itu berasal dari empat layanan GOJEK, yaitu layanan ojek Go-Ride, layanan mobil panggilan Go-Car, layanan pesan antar makanan Go-Food, serta layanan untuk kebutuhan harian Go-Life.
LD FEB UI kemudian merinci nilai kontribusi dari keempat layanan dan mitra GOJEK tersebut untuk ekonomi Indonesia di 2018, antara lain: Mitra pengemudi Go-Ride menyumbang Rp16,5 triliun; Mitra pengemudi Go-Car berkontribusi Rp8,5 triliun; Mitra UMKM Go-Food kontribusinya Rp18 triliun; Mitra Go-Life (Go-Clean dan Go-Massage) kontribusinya Rp1,2 triliun. Rata-rata penghasilan pengemudi dan mitra Go-Life dalam penelitian ini diklaim di atas rata-rata upah minimum kota (UMK) di wilayah penelitian.
Sementara, dari riset yang dilaksanakan oleh ABI Research pada 2019 yang berpusat di London, Inggris, menemukan Grab mempertahankan pangsa pasar ride-hailing atau transportasi online sebesar 11,4% di Asia-Pasifik dengan dominasi di pasar Indonesia dan Vietnam. Riset ini merupakan riset kedua yang dikeluarkan oleh ABI Research setelah tahun 2018.
Di Indonesia, Grab memimpin pasar dengan 64% dan Vietnam 74%. Menurut ABI, kepemimpinan pasar ini merupakan buah keberhasilan Grab menjadi super app yang dapat menangkap volume permintaan masyarakat yang begitu besar selain transportasi. Yaitu, dengan menyediakan layanan pengiriman barang dan makanan, serta layanan keuangan melalui layanan GrabExpress, GrabFood, GrabFresh, dan GrabFinancial. Sementara menurut data ABI Research, Go-Jek, pesaing terdekat Grab, memiliki 35,3% dari pasar Indonesia, sedangkan Go-Viet memiliki 10,3% dari pasar Vietnam.
"Pertumbuhan transportasi online mengalami perlambatan. Setelah mencapai 22 miliar perjalanan pada 2018, tahun ini diperkirakan akan ditutup dengan angka perjalanan sedikit di bawah 22 miliar," ungkap James Hodgson, Smart Mobility Principal Analyst at ABI Research.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: