Akibat polarisasi di 2019, simbol-simbol politik di Indonesia menyadari bahwa politik identitas itu menjadi instrumen yang sangat ampuh dan murah untuk memobilisasi massa dan suara.
"Jadi karena ini murah dan bisa dilakukan karena marketnya ada, maka yang terjadi ya akan terus digoreng," ucap Ahmad Khoirul.
Sebenarnya politik identitas, kata dia, hanya berlaku pada masyarakat dengan tingkat religius yang tinggi, tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi yang tidak begitu mapan.
"Di situlah politik identitas akan berjalan, identitas bukan hanya agama, tapi ras, suku, dan sebagainya. Ini yang perlu diantisipasi agar masyarakat tidak lagi terbawa dalam politik identitas," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat