Kementerian Pertanian (Kementan) merespona cepat munculnya serangan hama ulat grayak jenis baru Fall Armyworm (FAW) yang menyerang tanaman jagung di beberapa wilayah di Indonesia. Kementan bersama Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) melakukan pengamatan intensif di beberapa provinsi termasuk di wilayah Sumatera Selatan. Pengendalian hama tersebut menggunakan teknologi ramah lingkungan.
"Seluruh petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), baik yang ada di lapangan maupun di BPTPH dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tumbuhan (LPHP), saya instruksikan untuk mengawal tanaman jagung karena menurut informasi ulat grayak jenis Spodoptera frugiperda ini cukup berbahaya," kata Kepala BPTPH Provinsi Sumatera Selatan, Tuti Murti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (23/11/2019).
Baca Juga: Wujudkan Kedaulatan Pangan, Mentan Rangkul Wartawan
"Hama baru ini memiliki kemampuan terbang dengan jarak tempuh 100 km per hari. Untuk itu, diperlukan tindakan secara cepat agar tidak menyebar secara luas," tambah Tuti.
Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tumbuhan (LPHP) Wilayah Belitang, Didi Juhandi mengatakan pengendalian ulat grayak menggunakan agens pengendali hayati telah dilakukan oleh petani di Sumatera Selatan, salah satunya adalah Kelompok Tani Jaya Tani, Desa Sri Mulyo Kecamatan Belitang Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Agens hayati yang digunakan adalah Beauveria bassiana yang merupakan agens hayati dari jenis jamur atau cendawan.
"Kelompok Tani Jaya Tani telah terbiasa menggunakan agens hayati dan pestisida nabati untuk mengendalikan hama penyakit yang menyerang pertanamannya," kata Didi.
Didi menjelaskan bahwa petani di desa tersebut sudah dapat merasakan manfaat penggunaan agens hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Hama tanaman berkurang karena musuh alami hama mulai banyak dan biaya produksi bisa lebih murah dan sekaligus menyukseskan program pemerintah yaitu budidaya tanaman sehat.
"Konsep budidaya tanaman sehat yang sedang marak digalakkan pemerintah ini bukan tanpa dasar, hal ini karena makin maraknya kasus gangguan kesehatan yang diakibatkan penggunaan pestisida atau produk-produk kimia terhadap tanaman," jelasnya.
"Ini juga bisa mengedukasi petani bahwa dengan teknologi yang ramah lingkungan seperti agens hayati bisa juga mengendalikan hama-hama pada tumbuhan tidak harus bahan kimia mulu," kata Didi.
Menurut Kepala Seksi Sarana Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) Serealia, Gandi Purnama, pengendalian hayati merupakan salah satu teknik pengendalian hama dan penyakit dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam sistem PHT salah satu cara pengendaliannya adalah pengendalian hayati menggunakan agens hayati dari jenis cendawan dan bakteri.
"Untuk pengembangannya, Kementan melalui BPTPH dan LPHP melakukan pembinaan kepada petani agar petani dapat memproduksi sendiri agens hayati tersebut,” kata Gandi.
Lebih lanjut Gandi menyebutkan bahwa pembinaan kepada petani dilakukan melalui program Kementan yaitu Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Skala Luas (PPHT Skala Luas). PPHT Skala Luas merupakan kegiatan prioritas Kementan untuk petani.
Baca Juga: Pertanian RI Dinilai Makin Tunjukkan Perbaikan
Melalui PPHT setiap minggu petani dibimbing oleh petugas POPT bagaimana cara mengelola dan mengendalikan hama penyakit yang ada di pertanaman miliknya. Kegiatannya antara lain pengamatan hama penyakit dan musuh alami, pembuatan agens hayati dan pestisida nabati, pembuatan pupuk organik, dan lain-lain.
"Kami berkomitmen untuk terus mengawal pertanaman pangan dari serangan hama penyakit, termasuk hama ulat grayak yang menyerang jagung. Kami mendukung upaya-upaya peningkatan produksi pangan nasional dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan,” tegas Gandi.
Hal ini, sebut Gandi, selaras dengan harapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk terus menyelesaikan masalah-masalah pertanian dengan upaya maksimal untuk menjamin kebutuhan pangan nasional. Kalau perut rakyat bersoal, tidak ada yang bisa diakukan. Oleh karena itu, masalah pertanian tidak boleh diam, tidak boleh lengah sedikit untuk menghadirkan upaya-upaya maksimal untuk mencapai harapan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: