Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan sulit mencapai pertumbuhan ekspor yang tinggi pada tahun 2020. Sebab, ia menilai sektor komoditas serta produk manufaktur Indonesia kurang kompetitif dan sulit menghadapi produk manufaktur China.
Menurutnya, kesulitan ini dapat dilihat dari penurunan ekspor Indonesia sejak 2018 yang membuat neraca perdagangan terus defisit.
“Selama delapan bulan di tahun 2019, ekspor Indonesia mengalami penurunan 8,28 persen menjadi 110,07 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama di tahun 2018,” ucapnya kepada wartawan, Sabtu (7/12/2019).
Baca Juga: Arief Poyuono Gak Jadi Jubir Gerindra, Habiburokhman: Dia Orang Baik, Cuma Kadang-Kadang...
Baca Juga: Cetus Gerindra: Lama-Lama Sri Mulyani Nyuruh Rakyat Jual Diri
Lanjutnya, ia mengatakan investasi langsung, Indonesia kurang menarik dibandingkan sejumlah negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand. Bahkan, ia mengindikasi ada relokasi 33 perusahaan China ke dua negara itu.
“Ini situasi yang menampar pemerintahan Kang Mas Jokowi yang selama ini giat dan bangga dengan investasi yang telah dicapai,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan ada dua strategi pemerintah harus pula dikaji ulang, yakni efisiensi belanja dan pengeluaran pemerintah yang memprioritaskan belanja produk yang dibuat di dalam negeri, serta peningkatan konsumsi publik dengan program bantuan dari pemerintah seperti Kartu Siap Kerja, pembagian raskin dan lain sebagainya.
Kemudian, menurut dia, ada faktor lain yang akan makin menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga di kisaran 4,7 persen pada tahun 2020 adalah pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia masih akan terbatas hingga 2020.
“Selama lima tahun terakhir kontribusi konsumsi publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berada di kisaran 56 sampai 57 persen. Sementara itu, kontribusi pengeluaran pemerintah berada pada kisaran 12 sampai 13 persen dari PDB. Potensi perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta sudah terlihat,” urainya.
Ia juga menyoroti BUMN yang selama periode pertama pemerintahan Jokowi digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pada periode kedua malah dikelola seperti parpol yang baru munas oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Maka, menurut dia, dengan ini semua, secara umum sulit mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen. Malah bisa terancam amsiong.
“Semoga ya Kang Mas, winter ekonomi global tidak membuat otak pembantu Kang Mas pada beku atau mengingil,” tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil