Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turut menyoroti tewasnya Komandan Brigade Al-Quds, Qassem Soleimani memicu konflik antara Iran dan Amerika Serikat.
Ia melalui akun Facebook resminya memberi respons yang mendidih di Timur Tengah dalam tulisan bertajuk "Perang BesarTerjadi karena Miskalkulasi Pemimpin yang Eratik dan Nasionalisme yang Esktrim".
Menurut dia, konflik yang terjadi membahayakan keamanan internasional yang sudah rapuh sehingga memicu kekhawatiran. Untuk itu, ia meminta para pemimpin untuk tidak tinggal diam.
"Saya pribadi termasuk orang yang tak mudah percaya bahwa krisis Timur Tengah saat ini akan menjurus ke sebuah perang besar, apalagi perang dunia. Namun, saya punya hak untuk cemas sekaligus menyerukan kepada para pemimpin dunia agar tidak abstain, dan tidak melakukan pembiaran," katanya, seperti dikutip, Rabu (8/1/2020).
Baca Juga: Kasus Natuna Jadi Ajang Pamer Demokrat: SBY Sukses Selesaikan Blok Ambalat
Baca Juga: Bahaya, Maskapai Dunia Jauhi Wilayah Udara Iran dan Irak
Lanjutnya, ia tak hanya mendesak pemimpin dunia untuk 'do something', SBY juga mendesak PBB untuk bersikap. Sebab menurut dia, nasib warga dunia dipertaruhkan jika kepemimpinan diserahkan kepada AS, Iran dan Irak.
"Timur Tengah dan bahkan dunia akan bernasib buruk jika para politisi, diplomat dan jenderal di negara-negara itu melakukan kesalahan yang besar. Risikonya bisa memunculkan terjadinya tragedi kemanusiaan yang juga besar," imbuh dia.
Selain itu, ia menambahkan, "Generasi masa kini memang tidak pernah merasakan harga yang harus dibayar oleh sebuah perang dunia, sebagaimanan yang terjadi di awal abad 20 dulu". ucapnya.
Ia menegaskan, pasca tewasanya Soleimani oleh serangan udara Amerika Serikat pada Jumat (3/1), ia menyimak beragam pemberitaan di media internasional terutama soal reaksi negara Irak, Iran dan Amerika Serikat.
Baca Juga: 15 Rudal Iran Menggempur Markas AS di Irak, Donald Trump: All is Well
Terutama soal perang dunia yang sempat ramai diserukan khalayak. Baginya, perang dunia tidak akan terjadi, jika konflik di Timur Tengah bisa diredam.
"Pertanyaannya sekarang adalah apakah sebuah perang besar yang mengerikan bakal benar-benar terjadi? Jawabannya tentu tak mudah. Saya yakin tak ada yang berani memastikan perang itu pasti terjadi. Atau sebaliknya," terangnya.
Lebih lanjut, Ia menambahkan, dirinya memang sudah tidak memiliki kekuatan formal, namun berhak menyatakan pendapat terkait polemik yang terjadi. Ia pun berharap masing-masing pihak yang berkonflik bertekad menghindari peperangan, karena hal itu semakin membuat rakyat menderita.
"Harapan saya adalah apa yang harus dilakukan oleh Amerika Serikat, Iran dan Irak dan juga dunia pada umumnya, agar sebuah peperangan di kawasan yang rakyatnya sudah cukup menderita itu dapat dicegah dan dihindari," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: