Kabar Wabah Pneumonia Baru Tersebar di China, WHO Lakukan Penyelidikan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai menyelidiki 50 kasus pneumonia misterius di Kotai Wuhan, Cina. Mereka menduga penyakit tersebut disebabkan oleh anggota baru dari keluarga virus yang memicu wabah SARS atau MERS. WHO mengaku masih membutuhkan lebih banyak informasi untuk mengkonfirmasi secara tepat jenis patogen penyebab infeksi.
"Diperlukan informasi yang lebih komprehensif untuk mengkonfirmasi patogen serta untuk lebih memahami epidemiologi wabah, gambaran klinis, investigasi untuk menentukan sumber, cara penularan, tingkat infeksi, dan penanggulangan yang diterapkan," kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Rabu (8/1/2020).
Cina sendiri telah membentuk dan mengutus tim untuk menyelidiki kasus pneumonia di Wuhan. Beijing melibatkan pejabat dari Chinese Centre for Disease Control and Prevention (CDC).
Baca Juga: Media China Beberkan Pneumonia Misterius, Kemungkinan Asalnya dari...
"Patogen dari kasus pneumonia yang tak dapat dijelaskan ini pada awalnya diidentifikasi sebagai jenis virus korona baru," ujar Direktur National Institute for Communicable Disease Control and Prevention Xu Jianguo, dikutip laman South China Morning Post, Kamis (9/1/2020).
Xu mengatakan telah mengambil sampel dari beberapa pasien di Wuhan. Dia menemukan 15 hasil positif dari virus korona baru. Kendati demikian dia menyebut identifkasi awal perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lebih mendalam.
Virus korona adalah keluarga virus yang menyebabkan berbagai penyakit dalam tingkat keparahan, mulai dari pilek hingga sindrom pernapasan akut mematikan atau SARS. Dari enam virus korona manusia yang diketahui sebelumnya, empat di antaranya umum dan hanya menyebabkan gejala pernapasan kecil seperti flu.
Sementara dua lainnya adalah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Lebih dari 700 orang di seluruh dunia terbunuh akibat SARS. Sedangkan MERS menyebabkan 449 orang tewas pada 2015. Xu Jianguo mengungkapkan belum ada obat atau vaksin untuk menangani virus korona jenis baru tersebut.
"Mungkin perlu bertahun-tahun bagi para peneliti untuk mengembangkan obat-obatan serta vaksin," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: