Kredit Foto: Muhamad Ihsan
"Sebagaimana amanat pemerintah, PLN mendapat tanggung jawab untuk mengurangi konsumsi BBM pada pembangkit kami. Dalam lima tahun terakhir, persentase konsumsi BBM untuk pembangkit kami mengalami penurunan dari 8,3% pada 2015 menjadi hanya 3,61% pada 2019," katanya.
Zulkifli mengatakan, angka tersebut terus diupayakan turun, baik melalui penggunaan B20 dan B30, maupun dengan mengembangkan penelitian penggunaan CPO pada pembangkit-pembangkit PLN.
"Dengan melakukan adaptasi dengan pemanfaatan B20 dan B30, maka PLN dapat terus meningkatkan efisiensi untuk mencapai suistainability growth," ujarnya.
Untuk mendukung ketersediaan listrik di desa-desa di seluruh Indonesia, program Desa Berlistrik yang dijalankan mampu menerangi desa dari 70.391 desa pada 2015 menjadi 81.085 desa dan kelurahan di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Dirut PLN Kencangkan Ikat Pinggang, Penghematan!
Di bawah kepemimpinan Direksi dan Komisaris yang baru, PLN fokus pada tiga aspek, yakni penurunan biaya operasi perusahaan, peningkatan keandalan dan pelayanan, serta peningkatan pendapatan usaha. Dengan tiga langkah itu, kontribusi PLN terhadap keuangan negara diharapkan meningkat signifikan.
PLN juga fokus mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT). "Saat ini, daya pembangkit EBT terpasang 7.800 MW. Ada tambahan daya dari PLTA Hasang berkapasitas 39 MW di Sumatera Utara yang baru mendapatkan SLO (Sertifikat Laik Operasi). Kapasitas terbesar untuk sektor EBT yakni PLTA 4.750 MW atau 60% dari total seluruh EBT. Pada 2020, PLN berencana menambah pembangkit dari sektor EBT sebanyak 1.492 MW," katanya.
Untuk mengantisipasi era disrupsi digital 4.0, PLN juga akan membuat aplikasi. "Lewat apps tersebut, pelanggan bisa mengecek langsung berapa pemakaian listriknya, memilih waktu dan metode pembayaran, serta berbagai fitur yang memudahkan pelanggan lainnya," ujar Zulkifli.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Rosmayanti