Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Virus Corona Memburuk, Rupiah Kena Gebuk!

Virus Corona Memburuk, Rupiah Kena Gebuk! Seorang teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 di Plasa Mandiri, Jakarta, Senin (8/7/2019). Rupiah pada Senin (8/7/2019) pagi bergerak melemah 66 poin atau 0,47 persen menjadi Rp14.149 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.083 per dolar AS, seiring kemungkinan tidak diturunkannya suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed). | Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terperangkap dalam sentimen wabah virus corona yang semakin buruk membuat rupiah tak dapat berbuat banyak. Bahkan, di saat pasukan mata uang regional dan global mulai menarik perhatian pelaku pasar dan unggul atas dolar AS, rupiah masih saja berada di klasemen terbawah, baik di Asia maupun di dunia.

Meski sudah jauh berkurang, hingga pukul 15.17 WIB, rupiah masih terkoreksi -0,29% ke level Rp13.715 per dolar AS. Kurangnya dukungan membuat mata uang Garuda itu masih harus berjuang lebih keras untuk melawan tiga jawara mata uang dunia lainnya, yakni dolar Australia (-0,53%), euro (-0,26%), dan poundsterling (-0,24%). 

Baca Juga: Rupiah Bonyok! Paling Lemah dari yang Terlemah di Asia dan Global

Baca Juga: Global Bilang Xi Jinping Lepas Tangan Atasi Virus Corona, Trump Teriak: Dia Bekerja Sangat Keras!

Terlebih lagi, rupiah juga harus menyisihkan tenaga untuk menahan serangan bertubi-tubi dari pasukan mata uang Benua Kuning. Dipimpin oleh won (-0,70%), rupiah tak berdaya menerima tekanan mulai dari yaun (-0,56%), dolar Taiwan (-0,46%), dolar Singapura (-0,29%), dolar Hong Kong (-0,28%), baht (-0,23%), yen (-0,22%), hingga ringgit (-0,12%).

Asal tahu saja, pertahanan dolar AS pada sore ini terbilang lemah. Aset keuangan safe haven yang sering menjadi momok itu kini hanya mampu unggul tipis terhadap poundsterling, franc, yen, dan rupiah. Pada dasarnya, dolar AS sama tak berdayanya dengan rupiah, terutama karena tekanan dari mata uang Asia, misalnya dolar Taiwan, baht, dolar Singapura, dolar Hong Kong, dan yuan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: