Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hei Milenial Mau Nikah? Baca Nih Tipsnya Biar Nggak Khawatir Soal Bujet

Hei Milenial Mau Nikah? Baca Nih Tipsnya Biar Nggak Khawatir Soal Bujet Groom and bride holding hands. | Kredit Foto: Unsplash/Wu Jianxiong
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menikah adalah momen yang dinanti oleh mereka yang sudah memiliki pasangan. Tidak ingin melewatkan momen istimewa agar tidak terasa biasa bagi pasangan dan bisa dikenang selalu oleh tamu yang diundang, tidak heran jika kebutuhan menuju hari H akan dipersiapkan sedetail mungkin dan dengan perencanaan yang matang.

Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo,ST, AWP®, RFP® mengatakan agar mereka yang ingin menikah, utamanya pasangan milenial, sebelum masuk pada tahap pernikahan, penting untuk memahami tujuan pernikahan itu sendiri karena menikah dan membangun rumah tangga akan selalu berkaitan dengan biaya, seperti berapa dana yang dibutuhkan, dari mana sumber dananya, siapa yang akan membiayai, dan sejumlah pertanyaan lainnya mengenai biaya dan anggaran.

Baca Juga: Menikah Secara Hukum, Segini Mahar Buat Vanessa Angel

"Menikah adalah awal membangun rumah tangga, kehidupan pernikahan justru dimulai setelah pesta. Oleh sebab itu, biaya pernikahan sebaiknya tidak dibiayai dari utang, masih banyak tahapan kehidupan yang membutuhkan biaya," sebut Yan di Jakarta, Jumat (14/2/2020).

Menikah itu pada dasarnya murah dan bisa menjadi mahal karena milenial makin peduli dengan pencitraan dan penampilan. "Milenial biasanya mendambakan pernikahan yang modern dan visual. Sebagai contoh, ada beberapa detail yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya di pesta pernikahan era lama, seperti tambahan photobooth dan layar LCD untuk penayangan live pesta pernikahan yang kini banyak dapat dijumpai pada pesta pernikahan pasanngan milenial. Selain itu, estimasi biaya untuk resepsi pernikahan pun terus meningkat, sebagai contoh resepsi pernikahan di hotel bintang lima di kawasan Jakarta tahun 2020, biayanya bisa mencapai lebih dari Rp500 juta dan nilai ini belum termasuk jasa fotografer, photobooth, undangan, souvenir, hantaran, dan lainnya," jelas Yan.

Hal lainnya adalah soal media sosial yang juga sangat lekat dengan kehidupan milenial. Pernikahan yang ditampilkan pada postingan di media sosial juga makin berkembang sehingga para milenial tidak mau menikah sekadarnya dan dengan cara konservatif. Bahkan, The Lyst  dalam Wedding Report 2019 mengatakan bahwa media sosial memiliki dampak yang makin penting terhadap tren pernikahan di seluruh dunia sehingga demi postingan media sosial yang menarik, vendor media sosial dimasukkan juga dalam bujet pernikahan.

"Dengan fakta di atas, dapat kita katakan bahwa biaya pernikahan untuk milenial membutuhkan jumlah yang besar. Fenomena ini bisa menimbulkan polemik bagi mereka yang belum siap secara finansial, beberapa di antaranya menunda pernikahan. Ada juga yang tetap memilih tetap melangsungkan pernikahan dengan berutang. Padahal jika mau menyesuaikan kemampuan keuangan dan mengerti akan tujuan pernikahan, tidak perlu menunda hanya karena gengsi, pernikahan tetap dapat dilangsungkan dengan cara sederhana," kaya Yan.

Namun, lanjut Yan, jika pilihan jatuh pada opsi kedua, milenial dapat memanfaatkan fasilitas pinjaman tanpa bunga atau dengan bunga yang sangat rendah. Hal ini mengingat rasio total utang konsumtif adalah maksimal 15% dari penghasilan tetap. Kendati demikian, Yan tetap menyarankan agar pernikahan dibiayai dengan anggaran yang dipersiapkan sebelumnya.

Alokasi Bujet Pernikahan agar Sesuai Kemampuan Finansial Milenial

Setelah menikah, pasangan akan berhadapan dengan sejumlah kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan masa depan. Jika pernikahan dibiayai dengan utang, sebagian usia pernikahan akan dipenuhi tuntutan tambahan membayar utang biaya pernikahan. Urusan ini bisa saja berdampak pada relasi antarpasangan dan harus menunda kebutuhan lainnya.

"Jika ingin menikah, tetapi penghasilan tidak mencukupi membiayai pesta, mulailah hidup lebih hemat, menahan diri untuk tidak belanja yang bukan urgensi, seperti baju, sepatu, atau belanja online, mengurangi kebiasaan hang out di kafe, tidak perlu tergoda promo diskon atau cashback untuk hal-hal yang bukan menjadi prioritas hidup saat ini," sebut Yan.

Menurut survei Bridestory  Indonesia Wedding Industry Report, pesta pernikahan dapat dikategorikan ke dalam 4 kategori, yaitu: affordable, moderate, premium, dan luxurious dengan kisaran tamu undangan mulai dari 50 pax sampai 1.000 pax. Untuk kategori affordable, biaya yang diperlukan Rp20-Rp400 juta, moderate berkisar Rp40-Rp800 juta, premium Rp100 juta-Rp2 miliar. Untuk tipe luxurious, seperti pernikahan di luar kota atau luar negeri, mengundang selebritis sebagai pengisi acara, dan menggunakan jasa vendor premium, kisaran dananya Rp350 juta-Rp7 miliar.

Dari 4 kategori di atas, kisaran angka yang dianggap wajar untuk pesta pernikahan tergantung dari jumlah tamu yang diundang dan tingkat kemewahan acara, tipe pesta pernikahan yang diimpikan, pemilihan lokasi serta pilihan jenis hidangan (catering). Jika belum yakin dengan bujet yang sedang disiapkan, rincian anggaran biaya pernikahan yang rasional bisa digunakan sebagai panduan membuat bujet, yaitu 40% biaya konsumsi (Food and Beverage), 20% biaya dekorasi, 5% untuk biaya akad nikah/pemberkatan pernikahan, masing-masing 8% untuk biaya pakaian, venue, dan dokumentasi, masing-masing 3% untuk biaya souvenir dan undangan, 5% untuk biaya lainnya.

Yan juga menyarankan agar menyisihkan kurang lebih 10% dari total bujet yang dimiliki untuk biaya tak terduga karena kebanyakan pesta pernikahan membutuhkan tambahan bujet sebesar 10-15%. Misalnya, untuk keperluan resepsi, bujet untuk keperluan catering konsumsi sebesar 40% dari dana pesta untuk keperluan makanan pondokan atau gubukan, sebagian lagi untuk kue pengantin atau snacks (kue-kue ringan) sehingga untuk pesta dengan konsep buffet, presentasenya bisa jadi akan lebih besar.

Bagaimana selanjutnya jika kita sudah melakukan perencanaan anggaran dan angkanya terlihat sangat besar dan membuat kita menjadi tidak yakin? Yan menyarakan agar meninjau lagi anggaran pernikahan, yaitu memilih anggaran mana yang bisa dikurangi dan mana yang bisa dihilangkan. Misalnya, bila kompensasi biaya videografi lebih besar dari perkiraan maka calon pengantin bisa meniadakan photobooth dan hanya menyediakan pojok foto dengan dekorasi sederhana, tetapi tetap menarik bagi tamu untuk berfoto.

Baca Juga: Bank Sentral 4.0: Jurus Jitu Hadapi Inovasi Keuangan Digital

Dalam menyiasati bujet, calon pengantin juga bisa melakukan survei dahulu untuk harga perlengkapan pernikahan termasuk survei tempat barang tersebut dijual lebih murah jika dibeli dalam jumlah banyak sehingga kita dapat memperkirakan jumlah bujetnya. Beberapa vendor biasanya dapat diikat harganya dengan Down Payment (DP) sekitar satu tahun menjelang hari H pernikahan dan sisa pembayarannya bisa dicicil kemudian di sepanjang tahun tersebut. Hal ini tentu bisa meringankan kita untuk mengalokasikan mana bujet yang prioritas dan mana yang bisa ditunda.

Miliki Asuransi untuk Anda dan Pasangan Sebelum Berumah Tangga

Mengingat pernikahan merupakan momen penting dan tak terlupakan dan menjadi penanda kehidupan baru, calon pengantin harus mempersiapkan kesehatan fisik dan mental juga kesehatan finansial karena setelah pesta usai, pengantin harus bekerja keras untuk membangun rumah tangganya.

Fisik, mental, dan finansial jangan sampai diabaikan karena dapat menganggu kestabilan rumah tangga. Apalagi, 3 hal tersebut sangat dekat dengan hal-hal tak terduga yang berujung pada ongkos yang mahal, misalnya ketika kita menyiapkan anggaran untuk membeli sofa dan lainnya ternyata dana tersebut harus dialokasikan untuk rawat inap di rumah sakit.

Untuk itu, ada baiknya pasangan milenial menyediakan anggaran khusus untuk proteksi diri dengan berasuransi, yaitu asuransi kesehatan dan jiwa karena asuransi berfungsi untuk menggantikan biaya perawatan medis jika sakit dan sebagai pengganti pemasukan (income replacement) jika salah satu pasangan mengalami cacat tetap total atau meninggal dunia.

Branding and Communication Strategist MiPower by Sequis, Ivan Christian Winatha, menyebutkan bahwa idealnya asuransi dimiliki oleh pasangan sejak mereka belum menikah. "Memilih pasangan yang sudah mempunyai perlindungan asuransi sudah menjadi tren di luar negeri. Hal ini juga baik untuk diterapkan oleh milenial karena jika pasangan kita telah memiliki asuransi, kita akan lebih siap menghadapi risiko kehidupan di masa mendatang yang bisa menggerus finansial keluarga, misalnya jika terjadi risiko sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia," sebut Ivan.

Bagi milenial yang merencanakan untuk berumah tangga, Ivan menyarankan untuk memilih asuransi yang memiliki manfaat komprehensif, yaitu tersedianya proteksi terhadap penghasilan, kesehatan, jiwa, dan jangan lupa untuk memperhatikan biaya preminya agar sesuai dengan bujet. Sequis melalui unit bisnisnya MiPOWER by Sequis menyediakan produk asuransi yang sesuai untuk  pasangan milenial yang berencana untuk menikah dan ingin mengelola risiko kehidupan sejak dini, yaitu MiPROTECTION.

"MiPROTECTION memberikan manfaat santunan pengganti penghasilan seandainya terjadi risiko penyakit kritis, cacat tetap total, kecelakaan, dan meninggal dunia. Produk ini juga menyediakan manfaat santunan kamar rawat inap dan ruang intensif serta santunan rawat inap jangka panjang. Tersedia fasilitas no claim discount dan renewal discount jika tidak ada klaim. Semua manfaat ini bisa diraih dalam 1 produk asuransi dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu mulai Rp130 ribu/ bulan," sebut Ivan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: